Sabtu, 15 September 2012

BERFIKIR KRITIS


BERPIKIR KRITIS
Oleh : MUHAMMAD SUHADAK,S.Pd

Terkadang manusia selalu mempersoalkan sesuatu apapun, termasuk mengapa harus berfilsafat ? Banyak hal ditanyakan, seperti benda, keadaan, hal kongkret ataupun abstrak. Mengapa timbul selalu timbul pertanyaan – pertanyaan pada orang berfilsafat ?. Hal tersebut dikarenakan bagi orang berfilsafat segala sesuatu selalu mengherankan. Ketika mendengar kata hari senin, orang berfilsafat akan bertanya mengapa senin hari bukan nama orang bukan bulan dst.  
Bertanyalah, itulah awal dari ilmu. Bertanya mengidentifikasi bahwa ada yang dipikirkan, ketika ada yang dipikirkan berarti ada yang dibicarakan dan akan dituliskan, itulah awal dan skema berfilsafat. Kritis dan selalu mengkritisi bahkan pada hal – hal yang mungkin tidak dikritisi orang yang tidak berfilsafat. Dengan demikian berfilsafat menjadikan orang berilmu lebih dalam, dengan bertambah ilmu lebih dalam dan lebih luas, orang akan mampu menganalisa masalah lebih tajam, serta ,menguasai lingkungan.
Hal utama dan merupakan hakikat yang tertinggi dalam berfilsafat adalah “ada”. Ada adalah eksistensi utama yang harus dipunyai manusia, baik ada secara fisik maupun metafisik. Tanpa pengakuan keberadaan manusia akan tereleminasi, jika manusia tereleminasi merupakan sesuatu yang menyakitkan karena manusia merasa ada sedangkan orang lain tidak merasa atau mengakui keberadaannya.  Ada dan tidak adanya orang yang tereleminasi bukan hal yang berarti bagi orang lain, secara naluri manusia adalah makhluk sosial yang memerlukan keberadaan dan pengakuan orang lain.
Hal berikutnya yang diperlukan manusia setelah ada adalah belajar dan belajar, membaca dan membaca, bertanya dan bertanya sehingga menjadi manusia yang mengada. Mengada bukan merupakan hal yang sulit bagi orang yang terbiasa berfilsafat, karena ketajaman olah pikir dan sifat kritis orang berfilsafat. Sepenggal kata yang bagi orang kebanyakan tidak berarti apa – apa, maka bagi orang yang berfilsafat dapat diurai berlembar halaman. Sepotong kata  yang bagi orang kebanyakan tidak bermakna apa – apa, maka bagi orang yang berfilsafat dapat ditanya dengan berpuluh bahkan berates pertanyaan.
Setelah manusia mampu mengada, perlu hasil dari mengada dapat dinikmati orang lain, sehingga orang lain tahu dan paham hasil dari proses mengada tersebut. Dengan keaktifan dan kekonsestenan proses mengada maka lambat tapi pasti akan timbul pengakuan dari orang lain sebagai pengada. Ketika ketiga hal tersebut yaitu ada, mengada dan pengada melekat pada diri manusia maka proses keeksistensian manusia menjadi paripurna
Pertanyaan :
1. Bertanya ada 2 hal penyebabnya yaitu bertanya karena keingintahuan dan bertanya karena ketidaktahuan, berfilsafat masuk dalam kategori mana ?
2. Hal apa saja yang ditanya dalam berfilsafat ?
3. Mengapa ada dipersoalkan dalam berfilsafat ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar