Kamis, 26 Juli 2012

SEJARAH FILSAFAT

Oleh
 MUHAMMAD SUHADAK,S.Pd

1.    Sejarah Perkembangan Pemikiran Yunani Kuno: Dari Mitos ke Logos
Secara historis kelahiran dan perkembangan pemikiran Yunani Kuno(sistem berpikir) tidak dapat dilepaskan dari keberadaan kelahiran dan perkembangan filsafat, dalam hal ini adalah sejarah filsafat. Dalam tradisi sejarah filsafat mengenal  3 (tiga) tradisi besar sejarah, yakni tradisi: (1) Sejarah Filsafat India (sekitar2000 SM – dewasa ini), (2) Sejarah Filsafat Cina (sekitar 600 SM – dewasa ini), dan (3) Sejarah Filsafat Barat (sekitar 600 SM – dewasa ini).
Dari ketiga tradisi sejarah tersebut di atas, tradisi Sejarah Filsafat Barat adalah basis kelahiran dan perkembangan ilmu (scientiae/science/sain) sebagaimana  yang kita kenal sekarang ini. Titik-tolak dan orientasi sejarah filsafat baik yang diperlihatkan dalam tradisi Sejarah Filsafat India maupun Cina disatu pihak dan Sejarah Filsafat Barat dilain pihak, yakni semenjak periodesasi awal sudah memperlihatkan titik-tolak dan orientasi sejarah yang berbeda. Pada tradisi Sejarah Fisafat India dan Cina, lebih memperlihatkan perhatiannya yang besar pada masalah-masalah keagamaan, moral/etika dan cara-cara/kiat untuk mencapai keselamatan hidup manusia di dunia dan kelak keselamatan sesudah kematian.
Sedangkan pada tradisi Sejarah Filsafat Barat semenjak periodesasi awalnya (Yunani Kuno/Klasik: 600 SM – 400 SM), para pemikir pada masa itu sudah mulai  mempermasalahkan dan mencari unsur induk (arché) yang dianggap sebagai asal mula segala sesuatu/semesta alam Sebagaimana yang dikemukakan oleh Thales (sekitar 600 SM) bahwa “air” merupakan arché, sedangkan Anaximander (sekitar 610  -540 SM) berpendapat arché adalah sesuatu “yang tak terbatas”, Anaximenes (sekitar 585 – 525 SM berpendapat “udara” yang merupakan unsur induk dari segala sesuatu. Nama penting lain pada periode ini adalah Herakleitos (± 500 SM) dan Parmenides (515 – 440 SM), Herakleitos mengemukakan bahwa segala sesuatu itu “mengalir” (“panta rhei”) bahwa segala sesuatu itu berubah terus-menerus/perubahan sedangkan Parmenides menyatakan bahwa segala sesuatu itu justru sebagai sesuatu yang tetap (tidak berubah).
Lain lagi Pythagoras (sekitar 500 SM) yang mengajar di Itali Selatan Ia memimpin suatu sekolah filsafat yang kelihatannya sebagai suatu biara di bawah perlindungan dari dewa Apollo. Sekolah Pythagoras sangat penting untuk perkembangan matematika. Ia berpendapat bahwa segala sesuatu itu terdiri dari “bilangan-bilangan”: struktur dasar kenyataan itu tidak lain adalah “ritme”, dan Pythagoraslah orang pertama yang menyebut/memperkenalkan dirinya sebagai sorang “filsuf”, yakni seseorang yang selalu bersedia/mencinta untuk menggapai kebenaran melalui berpikir/bermenung secara kritis dan radikal (radix) secara terus-menerus.
Yang hendak dikatakan disini adalah hal upaya mencari unsur induk segala sesuatu (arche), itulah momentum awal sejarah yang telah membongkar periode myte (mythos/mitologi) yang mengungkung pemikiran manusia pada masa itu kearah rasionalitas (logos) dengan suatu metode berpikir untuk mencari sebab awal dari segala sesuatu dengan merunut dari hubungan kausalitasnya (sebab-akibat).
Jadi unsur penting berpikir ilmiah sudah mulai dipakai, yakni: rasio dan logika (konsekuensi). Meskipun tentu saja ini arché yang dikemukakan para filsuf tadi masih  bersifat spekulatif dalam arti masih belum dikembangkan lebih lanjut dengan melakukan pembuktian (verifikasi) melalui observasi maupun eksperimen (metode) dalam kenyataan (empiris), tetapi prosedur berpikir untuk menemukannya melalui suatu bentuk berpikir sebab-akibat secara rasional itulah yang patut dicatat sebagai suatu arah baru dalam sejarah pemikiran manusia. Hubungan sebab-akibat inilah yang dalam ilmu pengetahuan disebut sebagai hukum (ilmiah). Singkatnya, hukum ilmiah atau hubungan sebab-akibat merupakan obyek material utama dari ilmu pengetahuan. Demikian pula kelak dengan tradisi melakukan verifikasi melalui observasi dan eksperimen secara berulangkali dihasilkan teori ilmiah.
Zaman keemasan/puncak dari filsafat Yunani Kuno/Klasik, dicapai pada masa Sokrates (± 470 – 400 SM) melalui “dialektika”, Plato (428-348 SM) dan Aristoteles (384-322 SM). Sokrates sebagai guru dari Plato maupun tidak meninggalkan karya tulis satupun dari hasil pemikirannya, tetapi pemikiran-pemikirannya secara tidak langsung banyak dikemukakan dalam tulisan-tulisan para pemikir Yunani lainnya tetapi terutama ditemukan dalam karya muridnya Plato. Filsafat Plato dikenal sebagai ideal (isme) dalam hal ajarannya bahwa kenyataan itu tidak lain adalah proyeksi atau bayang-bayang/bayangan dari suatu dunia “ide” yang abadi belaka dan oleh karena itu yang ada nyata adalah “ide” itu sendiri. Filsafat Plato juga merupakan jalan tengah dari ajaran Herakleitos dan Parmenides. Dunia “ide” itulah yang tetap tidak berubah/abadi sedangkan kenyataan yang dapat diobservasi sebagai sesuatu yang senantiasa berubah. Karya-Karya lainnya dari Plato sangat dalam dan luas meliputi logika, epistemologi, antropologi (metafisika), teologi, etika, estetika, politik, ontologi dan filsafat alam.
Sedangkan Aristoteles pendidik Iskandar Agung sebagai murid Plato, dalam banyak hal sering tidak setuju/berlawanan dengan apa yang diperoleh dari gurunya (Plato). Bagi Aristoteles “ide” bukanlah terletak dalam dunia “abadi” sebagaimana yang dikemukakan oleh Plato, tetapi justru terletak pada kenyataan/benda-benda itu sendiri ( Realisisme ). Setiap benda mempunyai dua unsur yang tidak dapat dipisahkan, yaitu materi (“hylé”) dan bentuk (“morfé”). Lebih jauh bahkan dikatakan bahwa “ide”  tidak dapat dilepaskan atau dikatakan tanpa materi, sedangkan presentasi materi mestilah dengan bentuk. Dengan demikian maka bentuk-bentuk “bertindak” di dalam materi, artinya bentuk memberikan kenyataan kepada materi dan sekaligus adalah tujuan (finalis) dari materi.  Aristoteles menulis banyak bidang, meliputi logika, etika, politik, metafisika, psikologi dan ilmu alam. Pemikiran-pemikirannya yang sistematis tersebut banyak menyumbang kepada perkembangan ilmu pengetahuan

2.    Jaman Patristik dan Skolastik: Filsafat Dalam dan Untuk Agama
Pada jaman ini dikenal sebagai Abad Pertengahan (400-1500 ). Filsafat pada abad ini dikuasai dengan pemikiran keagamaan (Kristiani). Puncak filsafat Kristiani ini adalah Patristik (Lt. “Patres”/Bapa-bapa Gereja) dan Skolastik  Patristik sendiri dibagi atas Patristik Yunani (atau Patristik Timur) dan Patristik Latin (atau Patristik Barat). Tokoh-tokoh Patristik Yunani ini anatara lain Clemens dari Alexandria (150-215), Origenes (185-254), Gregorius dari Naziane (330-390), Basilius (330-379). Tokoh-tokoh dari Patristik Latin antara lain Hilarius (315-367), Ambrosius (339-397), Hieronymus (347-420) dan Augustinus (354-430). Ajaran-ajaran dari para Bapa Gereja ini adalah falsafi-teologis, yang pada intinya ajaran ini ingin memperlihatkan bahwa iman sesuai dengan pikiran-pikiran paling dalam dari manusia. Ajaran-ajaran ini banyak pengaruh dari Plotinos. Pada masa ini dapat dikatakan era filsafat yang berlandaskan akal-budi “diabdikan” untuk dogma agama.
Jaman Skolastik (sekitar tahun 1000), pengaruh Plotinus diambil alih oleh Aristoteles. Pemikiran-pemikiran Ariestoteles kembali dikenal dalam karya beberapa filsuf Yahudi maupun Islam, terutama melalui Avicena (Ibn. Sina, 980-1037), Averroes (Ibn. Rushd, 1126-1198) dan Maimonides (1135-1204). Pengaruh Aristoteles demikian besar sehingga ia (Aristoteles) disebut sebagai “Sang Filsuf” sedangkan Averroes yang banyak membahas karya Aristoteles dijuluki sebagai “Sang Komentator”. Pertemuan pemikiran Aristoteles dengan iman Kristiani menghasilkan filsuf penting sebagian besar dari ordo baru yang lahir pada masa Abad Pertengahan, yaitu, dari ordo Dominikan dan Fransiskan.. Filsafatnya disebut “Skolastik” (Lt. “scholasticus”, “guru”), karena pada periode ini filsafat diajarkan dalam sekolah-sekolah biara dan universitas-universitas menurut suatu kurikulum yang baku dan bersifat internasional. Inti ajaran ini bertema pokok bahwa ada hubungan antara iman dengan akal budi. Pada masa ini filsafat mulai ambil jarak dengan agama, dengan melihat sebagai suatu kesetaraan antara satu dengan yang lain (Agama dengan Filsafat) bukan yang satu “mengabdi” terhadap yang lain atau sebaliknya.
Sampai dengan di penghujung Abad Pertengahan sebagai abad yang kurang kondusif terhadap perkembangan ilmu, dapatlah diingat dengan nasib seorang astronom berkebangsaan Polandia  N. Copernicus yang dihukum kurungan seumur hidup oleh otoritas Gereja, ketika mengemukakan temuannya tentang pusat peredaran benda-benda angkasa adalah matahari (Heleosentrisme). Teori ini dianggap oleh otoritas Gereja sebagai bertentangan dengan teori geosentrisme (Bumi sebagai pusat peredaran benda-benda angkasa) yang dikemukakan oleh Ptolomeus semenjak jaman Yunani yang justru telah mendapat “mandat” dari otoritas Gereja. Oleh karena itu dianggap menjatuhkan kewibawaan Gereja.

   3. Jaman Modern: Lahir dan Berkembangan Tradisi Ilmu Pengetahuan
Jembatan antara Abad pertengahan dan Jaman Modern adalah jaman “Renesanse”, periode sekitar 1400-1600. Filsuf-filsuf penting dari jaman ini adalah N. Macchiavelli (1469-1527), Th. Hobbes (1588-1679), Th. More (1478-1535) dan Frc. Bacon (1561-1626). Pembaharuan yang sangat bermakna pada jaman ini ((renesanse) adalah “antroposentrisme”nya. Artinya pusat perhatian pemikiran tidak lagi kosmos seperti pada jaman Yunani Kuno, atau Tuhan sebagaimana dalam Abad Pertengahan.
Setelah Renesanse mulailah jaman Barok, pada jaman ini tradisi rasionalisme ditumbuh-kembangkan oleh filsuf-filsuf  antara lain; R. Descartes (1596-1650), B. Spinoza (1632-1677) dan G. Leibniz (1646-1710). Para Filsuf tersebut di atas menekankan pentingnya kemungkinan-kemungkinan akal-budi (“ratio”) didalam mengembangkan pengetahuan manusia.
Pada abad kedelapan belas mulai memasuki perkembangan baru. Setelah reformasi, renesanse dan setelah rasionalisme jaman Barok, pemikiran manusia mulai dianggap telah “dewasa”. Periode sejarah perkembangan pemikiran filsafat disebut sebagai “Jaman Pencerahan” atau “Fajar Budi” (Ing. “Enlightenment”, Jrm. “Aufklärung”. Filsuf-filsuf pada jaman ini disebut sebagai para “empirikus”, yang ajarannya lebih menekankan bahwa suatu pengetahuan adalah mungkin karena adanya pengalaman indrawi manusia (Lt. “empeira”, “pengalaman”). Para empirikus besar Inggris antara lain  J. Locke (1632-1704), G. Berkeley (1684-1753) dan D. Hume (1711-1776). Di Perancis JJ. Rousseau (1712-1778) dan di Jerman Immanuel Kant (1724-1804)
Secara khusus ingin dikemukakan disini adalah peranan filsuf Jerman Immanuel Kant, yang dapat dianggap sebagai inspirator dan sekaligus sebagai peletak dasar fondasi ilmu, yakni dengan “mendamaikan” pertentangan epistemologik pengetahuan antara kaum rasionalisme versus kaum empirisme. Immanuel Kant dalam karyanya utamanya yang terkenal terbit tahun 1781 yang berjudul Kritik der reinen vernunft (Ing. Critique of Pure Reason), memberi arah baru mengenai filsafat pengetahuan.
Dalam bukunya itu Kant memperkenalkan suatu konsepsi baru tentang pengetahuan. Pada dasarnya dia tidak mengingkari kebenaran pengetahuan yang dikemukakan oleh kaum rasionalisme maupun empirisme, yang salah apabila masing-masing dari keduanya mengkalim secara ekstrim pendapatnya dan menolak pendapat yang lainnya. Dengan kata lain memang pengetahuan dihimpun setelah melalui (aposteriori) sistem penginderaan (sensory system) manusia, tetapi tanpa pikiran murni (a priori) yang aktif tidaklah mungkin tanpa kategorisasi dan penataan dari rasio manusia. Menurut Kant, empirisme mengandung kelemahan karena anggapan bahwa pengetahuan yang dimiliki manusia hanya lah rekaman kesan-kesan (impresi) dari pengalamannya. Pengetahuan yang dimiliki manusia merupakan hasil sintesis antara yang apriori (yang sudah ada dalam kesadaran dan pikiran manusia) dengan impresi yang diperoleh dari pengalaman. Bagi Kant yang terpenting bagaimana pikiran manusia mamahami dan menafsirkan apa yang direkam secara empirikal, bukan bagaimana kenyataan itu tampil sebagai benda itu sendiri

4.    Masa Kini: Suatu Peneguhan Ilmu Yang Otonom
Pada abad ketujuh belas dan kedelapan belas perkembangan pemikiran filsafat pengetahuan memperlihatkan aliran-aliran besar: rasionalisme, empirisme dan idealisme dengan mempertahankan wilayah-wilayah yang luas. Dibandingkan dengan filsafat abad ketujuh belas dan abad kedelapan belas, filsafat abad kesembilan belas dan abad kedua puluh banyak bermunculan aliran-aliran baru dalam filsafat tetapi wilayah pengaruhnya lebih tertentu. Akan tetapi justru menemukan bentuknya (format) yang lebih bebas dari corak spekulasi filsafati dan otonom. Aliran-aliran tersebut antara laian: positivisme, marxisme, eksistensialisme, pragmatisme, neo-kantianisme, neo-tomisme dan fenomenologi.
Berkaitan dengan filosofi penelitian Ilmu Sosial, aliran yang tidak bisa dilewatkan adalah positivisme yang digagas oleh filsuf A. Comte (1798-1857). Menurut Comte pemikiran manusia dapat dibagi kedalam tiga tahap/fase, yaitu tahap: (1) teologis, (2) Metafisis, dan (3) Positif-ilmiah. Bagi era manusia dewasa (modern) ini pengetahuan hanya mungkin dengan menerapkan metode-metode positif ilmiah, artinya setiap pemikiran hanya benar secara ilmiah bilamana dapat diuji dan dibuktikan dengan pengukuran-pengukuran yang jelas dan pasti sebagaimana berat, luas dan isi suatu benda. Dengan demikian Comte menolak spekulasi “metafisik”, dan oleh karena itu ilmu sosial yang digagas olehnya ketika itu dinamakan “Fisika Sosial” sebelum dikenal sekarang sebagai “Sosiologi”. Bisa dipahami, karena pada masa itu ilmu-ilmu alam (Natural sciences) sudah lebih “mantap” dan “mapan”, sehingga banyak pendekatan dan metode-metode ilmu-ilmu alam yang diambil-oper oleh ilmu-ilmu sosial (Social sciences) yang berkembang sesudahnya.
Pada periode terkini (kontemporer) setelah aliran-aliran sebagaimana disebut di atas munculah aliran-aliran filsafat, misalnya : “Strukturalisme” dan “Postmodernisme”.  Strukturalisme dengan tokoh-tokohnya misalnya Cl. Lévi-Strauss, J. Lacan dan M. Faoucault. Tokoh-tokoh Postmodernisme antara lain. J. Habermas, J. Derida. Kini oleh para epistemolog (ataupun dari kalangan sosiologi pengetahuan) dalam perkembangannya kemudian, struktur ilmu pengetahuan semakin lebih sistematik dan lebih lengkap (dilengkapi dengan, teori, logika dan metode sain), sebagaimana yang dikemukakan oleh Walter L.Wallace dalam bukunya The Logic of Science in Sociology. Dari struktur ilmu tersebut tidak lain hendak dikatakan bahwa kegiatan keilmuan/ilmiah itu tidak lain adalah penelitian (search dan research). Demikian pula hal ada dan keberadaan (ontologi/metafisika) suatu ilmu /sain berkaitan dengan watak dan sifat-sifat dari obyek suatu ilmu /sain dan kegunaan/manfaat atau implikasi (aksiologi) ilmu /sain juga menjadi bahasan dalam filsafat ilmu. Setidak-tidaknya hasil pembahasan kefilsafatan tentang ilmu (Filsafat Ilmu) dapat memberikan perspektif kritis bagi ilmu /sain dengan mempersoalkan kembali apa itu:pengetahuan?, kebenaran?, metode ilmiah/keilmuan?, pengujian/verifikasi? dan sebaliknya hasil-hasil terkini dari ilmu /sain dan penerapannya dapat memberikan  umpan-balik bagi Filsafat Ilmu sebagai bahan refleksi kritis dalam pokok bahasannya (survey of sciences) sebagaimana yang dikemukakan oleh Whitehead dalam bukunya Science and the Modern World (dalam Hamersma, 1981:48)


PERTANYAAN

1. Perkembangan matematika sekolah saat ini kencendurungan mengikuti pemikiran filsuf yang mana ?
2. Apakah para pemikir Cina dengan agama Budhanya tidak termasuk para filsuf ?
3. Apa perbedaan antara filsafat dengan agama ?
4. Apakah ajaran – ajaran agama tidak termasuk filsafat ?
5. Apakah ideologi Negara tidak termausk filsafat ?


PUSTAKA:

Gordon, Scott. 1991. The history and philosophy of social science. New York: Routledge.

Hamersma, Harry,. 1981. Pintu Masuk ke Dunia Filsafat. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Lanur, Alex ,. 1985. Logika: Selayang Pandang. Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Sonny Keraf, A. dan Mikhael Dua. 2001. Ilmu Pengetahuan: Sebuah Tinjauan Filosofis. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Wallace, Walter L. 1971. The Logic of Science in Sociology. New York: Aldine Publishing Company

Wedberg, Anders. 1982. A History of Philosophy. Oxford: Clarendon Press. Vol  1 & 2.











Senin, 23 Juli 2012

ELEGI MARSIGIT CORETKU2

ELEGI
Filsafat itu memang sulit dipahami, karena kita sudah terbiasa berfikir parsial dan tidak holistik ,kita terpaku pada fisik dan mengabaikan metafisik serta hakikat , kita terbiasa menelaah pada sesuatu hanya pada yang tersurat dan melupakan yang tersirat.Pola berfikir seperti itu telah berurat dan berakar pada diri kita, telah tertanam dan ditanamkan oleh guru-guru kita baik formal maupun informal sehingga untuk meluruhkan pola pikir seperti itu perlu jiwa besar dan kejernihan hati serta menanggalkan segala kesombongan diri. Filsafat tidak familiar dengan diri kita, karena memang tidak banyak orang mau dan mampu mengeluti filsafat tersebut, kalaupun ada maka biasanya menjadi pribadi yang tertutup dan sukar membuat komunikasi yang mudah untuk dipahami orang lain. Hal ini yang menyebabkan filsafat menjadi sesuatu yang tidak populer dan asing padahal filsafat itu diri kita sendiri, disamping itu memang saat ini dunia ini banyak dihuni oleh pribadi - pribadi yang pragmatis, jarang mengasah hati dan jiwa, jarang menjernihkan hati untuk mempertajam "landepe sasmito". Untuk mempopulerkan filsafat ini memang diperlukan tukang filsafat yang tidak henti-hentinya untuk mempropagandakan filsafat dan membuat cara komunikasi mudah dicerna dan dipahami diantaranya mungkin dengan elegi.

ELEGI JEBAKAN
Diakui atau tidak banyak diantara kita hidup dalam kepalsuan, apa yang kita perbuat banyak yang tidak sesuai dengan apa kata hati. Pengingkaran hati nurani jamak kita lakukan dengan berbagai macam dalih, kita berdalih untuk kompromi dengan keadaan misalnya. Kita paksa diri kita berbuat A dan B padahal sebenarnya kita ingin berbuat C dan D. Keterpaksaan ini yang menjadikan kita tidak optimal dalam suatu perbuatan, demikian pula dengan mempelajari suatu ilmu agar diperoleh hasil yang optimal maka diperlukan sinkronisasi antara hati dengan apa yang kita perbuat

ELEGI WAWANCARA
Ada yang salah dalam konsep pembekalan ilmu bagi para calon guru selama ini, calon guru matematika banyak di bekali oleh keilmuan matematika semata itupun dengan kapasitas yang dangkal dengan mengesampingkan hakekat keilmuannya. Yang banyak dilupakan oleh para calon guru matematika dan yang mungkin sudah terlanjur menjadi guru matematika adalah masalah psikologi peserta didik di samping filsafat keilmuannya. Dan ini berujung terbentuk para guru matematika yang tak ubahnya seperti robot, sibuk dengan masalah administrasi dan mengejar ketuntasan kurikulum serta mengejar target - target semata, dengan mengorbankan kepentingan dan keperluan subyeknya yang harus dilayani. Para guru tidak pernah tahu dan tidak mau tahu apa yang sebenarnya di inginkan para subyek yang harusnya di layani, harusnyalah para subyek yang menuntut dan meminta tapi guru matematika malah sebaliknya menuntut, meminta dan memerintah, yang pada akhirnya terbentuklah para guru yang pragmatis yang penting saya bekerja dapat upah dan aman - aman saja dengan yang memerintah saya, masa bodoh dengan siswa berhasil ya syukur dan tidak berhasil ya memang belum mujur..

ELEGI PERTENGKARAN
Setiap jiwa yang hidup mempunyai bekal ilmu untuk mengarungi kehidupan ini, ilmu itu dapat menjadi modal awal untuk memperoleh dan mengembangkan ilmu itu sendiri. Kalau kita mulai hari ini jam ini dan detik ini, ilmu yang kita punya menjadi dasar dari keilmuan berikutnya. Dengan berinteraksi dengan berkomunikasi dan dengan perenungan hati maka ada hal - hal yang baru dan berbeda dengan pemahaman ilmu selama ini sehingga terjadilah kontradiksi. Kontradiiksi yang muncul pada diri menjadikan diri berusaha untuk meminimalisirnya dengan bertanya menganalisa berdebat mempelajari hingga akhirnya diri mensintesanya hasilnya dan menjadi suatu ilmu. Kejadian seperti itu senantiasa berulang-ulang sepanjang hayat , sehingga setiap hari setiap menit dan setiap detik pada diri senantiasa ada ilmu yang mengiriingi.

ELEGI RUMAH BESAR
Aku adalah penghuni yang tak tahu diri
Aku mau membela diri
Yang ku lihat
Yang ku dengar
Yang ku rasa
Yang ku indera
Itulah kebutuhanku
Hidupku hanya sekali
Akan merugi kalau tak ku nikmati
Ku merasa nikmat
Jika badani ku merasa nikmat
Ku hanya mengejar nafsu
Ku hanya mengejar ambisi
Yang ada adalah yang nyata
Surga dan neraka
Hanya dogeng belaka
Batasku adalah mati
Tiada lagi aku setelah mati
Kehidupan setelah mati adalah ilusi
Apalah guna beribadah
Kalau hanya berharap surga dan neraka
Adakah yang bisa beri bukti
Bahwa surga dan neraka hakiki
Bolehkah aku tanya...
Setelah surga neraka lantas apa...
Adakah kehidupan lain setelahnya..
Kalau tidak ada
Alangkah monotonnya
Di surga berhura-hura
Berfoya - foya selama - lamanya
Persis denganku saat ini
Lalu apa bedanya dengan diriku???

ELEGI RUH ROSULLULOH
Nabi Muhammad SAW adalah rahmat bagi seluruh alam, karena Ruh, cahaya, qalam dan akal pada dasarnya adalah satu yaitu hakikat Muhammad.
Hakikat Muhammad di sebut “nur”, karena bersih dari segala kegelapan yang menghalangi untuk dekat kepada Allah sebagaimana firman Allah “Telah datang kepada mu cahaya dan kitab penerang dari Allah”.
Hakikat Muhammad di sebut juga akal, karena ia yang menemukan segala sesuatu.
Hakikat Muhammad disebut qalam karena ia yang menjadi sebab perpindahan ilmu (seperti halnya mata pena sebagai pengalih ilmu di alam huruf pengetahuan yang tertulis).
Ruh Muhammad adalah ruh yang termurni sebagai makhluk pertama dan asal seluruh makhluk sesuai dengan sabda Rasulullah saw: “Aku dari Allah dan orang-orang mukmin dari aku”.

ELEGI JALAL
Cara untuk dapat Tanzin ( membersihkan diri ) dan Tasybih ( meniru sifat - sifat Allah ) dapat dilakukan melalui Dzikrullah, karena dengan Dzikrullahlah kita akan memusatkan seluruh ingatan kita kepada Allah, hingga puncaknya seluruh aspek kesadaran (shudur, fu’ad, akal, aql, qalb hingga lubbab) memimpin seluruh anggota tubuh kita terpusat pada ‘lautan tak terbatas Jamaliyyah dan Jalalliyyah-Nya.

ELEGI KESEMPATAN
Isi dari hidup adalah kesempatan, yang terbentang luas dihadapan manusia itulah sebenar - benarnya kesempatan. Kesempatan dapat dimaknai sebagai kesempatan bagi diri sendiri dan kesempatan bagi orang lain.

1. Kesempatan bagi diri sendiri

Kesempatan bagi diri sendiri, diperlukan suatu kebijaksanaan hati untuk dapat memanfaatkan kesempatan tersebut sebaik mungkin. Orang Bijak mengatakan kesempatan tidak datang untuk kedua kali. Kesempatan hari ini tidak akan terulang esok hari. Kepekaan hati dan bimbingan Ilahi sangat diperlukan dalam mengapai kesempatan yang datang. Ketika manusia sudah berani mengapai kesempatan tersebut, maka kewajiban manusia memanfaatkan semaksimal mungkin kesempatan itu, kalau tidak maka sia - sialah pemanfaatan itu. Saat ini kita diberi kesempatan untuk mengikuti S2 dan kita berani memanfaatkannya maka kita harus mampu memanfaatkan sebaik mungkin, kalau tidak sia - sia dan menganiaya diri sendiri.

2. Kesempatan bagi orang lain

Kesempatan peroleh yang diperoleh manusia sering berpengaruh pada kesempatan bagi orang lain. Ketika seseorang diberi kesempatan untuk menjadi guru, dan orang tersebut berani mengambil kesempatan tersebut maka kewajiban orang tersebut untuk memanfaatkan sebaik - sebaiknya dengan memahani bahwa masing - masing murid mempunyai kesempatan untuk mengembangkan potensi dirinya dan untuk mengekspresikan potensi yang dimilikinya, maka kewajiban seorang guru untuk mengeksplor dan mengelola potensi - potensi tersebut bukan sebaliknya. Untuk mengembangkan potensi tersebut tiap pribadi murid mempunyai keunikan tersendiri, sehingga diperlukan stimulus - stimulus sesuai dengan karakteristik tiap - tiap pribadi murid. Adalah salah besar kalau seorang guru memberikan stimulus yang sama kepada pribadi yang berbeda. Kalau setiap murid tidak mampu memanfaatkan kesempatan untuk mengembangkan potensi dirinya karena para seorang guru yang tidak mau dan mampu memberikan kesempatan kepada muridnya untuk berkembang sesuai potensi yang dimiliki maka guru tersebut pada hakekatnya adalah seorang "Guru Pembunuh".

ELEGI MAT SATU
Pemahamanku:
Matematika itu ada bersamaan dengan diciptakannya manusia, hanya awalnya manusia tidak menyadarinya dan tidak mendefinisikannya atau memberi nama. Pada hakekatnya matematika itu ada bersama manusia itu sendiri, dia akan muncul dan dipanggil oleh manusia manakala terjadi kontradiksi pada diri manusia hingga kontradiksi itu terjawab oleh matematika, kemudian terjadi kontradiksi lagi muncul lagi, kontrakdiksi lagi muncul lagi dst...sehingga semakin lama berkembanglah peradaban manusia dan itu seiring dengan berkembangnya matematika itu sendiri, itulah mengapa matematika itu menjadi pelayan. Disamping menjadi pelayan matematika juga menjadi ratu, karena perkembangan peradaban sangat bergantung pada matematika dan mengikuti aturan - aturan yang dibuat oleh matematika, sedangkan matematika tidak bergantung dan mematuhi aturan yang dibuat peradaban

ELEGI UNAS
Pemahamanku:
Unas adalah bukti memang hidup ini kontadiksi, UU Sisdiknas dibuat pemerintah tapi dibantah pemerintah. Pemerintah melalui UU berharap para guru memberi penilaian pada para siswanya tapi harapan itu dicabut melalui Unas oleh pemerintah. Memang dari observasi banyak para guru yang belum capabel dalam melaksanakan penilaian, tetapi bukan berarti lantas hak - hak guru untuk menilai harus dicabut. Kalau diandaikan penilaian adalah suatu penyakit maka yang sakit adalah gurunya, cara yang bijak tentunya diobati gurunya sampai sembuh atau jangan pernah menerima guru yang berpenyakit untuk menjadi guru, bukan malah membuat penyakit baru yang harus ditanggung siswa dan orang tua. Inilah ketidak rasionalan Unas, sehingga tidak hanya siswa dan orang tua saja melakukan ritual, pada hakekatnya Unas itu sendiri merupakan suatu ritual dengan ketidakrasionalnya dan pemujaan standar kelulusan serta barang kali pemujaan proyek..??

Rabu, 18 Juli 2012

ELEGI MARSIGIT CORETKU

ELEGI AWAL DAN AKHIR
Setiap makhluk pasti selalu ada awal dan akhir hanya Yang Khalik lah yang tiada awal dan akhir, kita dikarunia akal dan hati..maka haruslah dalam memahami dan mempercayai segala sesuatu menggunakan akal dan hati kita. kemampuan akal tiada tak terbatas, ketika akal sudah tidak mampu untuk memahaminya ,gunakanlah hati kita untuk memahami dan mempercayai.Manakala akal sudah habis dalam berpikir gunakanlah hati untuk bedzikir, bisikan hati yang suci tiada pernah membohongi

ELEGI PERUBAHAN
 Perubahan merupakan suatu keniscayaan,tiada satu makhlukpun yang tiada mengalami perubahan sadar ataupun tanpa sadar. kadang kita tidak merasa berubah karena kita telah membatasi diri bahwa berubah pada takaran wujud, padahal sebenar-sebenarnya berubah tidak hanya dibatasi wujud semata, kita bisa berubah karena waktu meski itu seper sejuta detik, kita seper juta detik yang lalu tidak sama dengan kita saat ini. karenanya sangatlah naif bila kita tidak mampu dan mau melakukan perubahan. Apalagi kalau kita telah mentasbihkan diri kita sebagai seorang guru, perubahan diri, perubahan perilaku, perubahan pemikiran, perubahan paradigma senantiasa harus dilakukan. Diri kita masa lalu tidak tepat digunakan pada masa kini, karena sebenarnya diri kita yang lalu dan kemarin berbeda dengan hari ini, demikian juga perilaku dan pemikiran kita. Paradigma kita masa lalu, kemarin sangatlah tidak tepat kita pakai hari ini, karena hari ini berbeda dengan hari kemarin dan yang lalu, baik beda umur kita, beda siswa kita, beda tempat kita dan banyak perbedaan yang lainnya. Akhirnya sebaik - baik manusia adalah yang senantiasa mau dan mampu berubah tentuk berubah menjadi lebih baik.

 ELEGI HATI KESATU
Kebenaran hakiki adalah kebenaran kata hati, keadaan yang ideal adalah keinginan hati, cita - cita yang suci adalah cita - cita hati. setiap manusia selalu menginginkan kebenaran hakiki,keadaan yang ideal dan cita - cita suci, tapi sering diantara kita mewujudkannya hanya dengan akal pikir belaka, jarang sekali kita bertanya pada hati. akal senantiasa berusaha namun dengan keterbatasannya apa yang diharap, apa yang dicita tiada pernah nyampai adanya sehingga timbul rasa gelisah timbul pemberontakan dalam jiwa kenapa kita tidak bisa...padahal cita-cita dan harapan hati tidak selamanya dapat di gapai oleh akal belaka, benarlah kata leluhur kita gunakan akal budi dalam mengapai cita dan harapan hati..

ELEGI ADA
Pada hakekatnya tidak ada sesuatu yang tidak ada, semua pasti ada.Yang menjadikan sesuatu itu menjadi tidak ada adalah batasan - batasan ada menurut persepsi kita. hal gaib menjadi tidak ada karena kita membatasi diri bahwa yang namanya ada jika kita dapat mengideranya, hal yang abstrak menjadi tidak ada karena kita menganggap bahwa yang ada adalah nyata.

ELEGI RUANG DAN WAKTU
Tiada secuil makhluk yang bebas menjadi dirinya sendiri, idependent dan hidup sendiri tanpa perlu yang lainnya selama dia berada dalam ruang dan waktu, minimal dia tergantung pada ruang dan waktu tersebut. Sangatlah arogan pabila mau memproklamirkan diri dan selalu mengatakan apapun dan siapapun mampu dia kendalikan, hanyalah Yang Khalik belaka yang tergantung dan mampu mengendalikan apapun dan siapapun. Ketika kita menyibukkan diri untuk memproklamsikan diri dan mengumbar ambisi tanpa kita sadari waktu telah berlalu dan akhirnya sampailah kita batasan waktu dan hijrahlah kita pada ruang yang berbeda tanpa pernah ambisi itu terpenuhi karena sebenarnya ambisi itu adalah diri kita sendiri, selama ada diri kita maka disitulah ambisi itu bersemayam. Akhir dari perjalanan ambisi adalah mati. Ambisi boleh berada pada diri kita tapi jangan sampai kita dikendalikan ambisi, kita lah yang harus mampu mengendalikan ambisi dengan hati yang suci.

ELEGI MURID CERDAS
Kepada Muridku Yang Teraniaya
Salam sayang selalu....
Muridku pertama - pertama dan utama maafkan daku gurumu,
Karena ketidak tahuan dan kemampuan diriku
Sehingga aku tidak menyadari
Apa yang kulakukan selama ini
Telah melukai dan menganiya hati
Tapi muridku
Gurumu ini tidak bisa memilih
Ingin rasanya semua kucurah seluruh jiwa dan hati
Tapi itu membuat anak gurumu ini iri
Tapi membuat istri gurumu ini dengki
Tapi membuat keluarga gurumu tertatih
Karenanya,
Maafkan gurumu ini
Harus pandai membagi
Karenanya
Maafkan gurumu semua
Harus membuat hati mendua
Gurumu tak ingin membuatmu luar biasa
Tapi anak gurumu teraniaya
Tapi keluarga gurumu merana
Tapi jangan takut muridku
Gurumu bukanlah daku semata
Ada gurumu di keluarga
Ada gurumu di tetangga
Ada gurumu di sesama
Ada gurumu di Televisi
Ada gurumu di Internet
Ada gurumu di Lingkunganmu dst
Daku hanya sebagian kecil dari guru - guru mu
Kalaupun adai muridku tidak berkenan terhadap daku
Coretlah daku dari daftar gurumu
Sampaikan kepada penghuni negerimu ini
Bahwa kamu tidak perlu
Seorang guru yang bisanya hanya mengeluh
Tidak pernah tahu
Hati dan keinginan murid - muridnya sepertimu
Sekali lagi...MAAFKAN DAKU

Dari Guru yang tidak tahu

MUHAMMAD SUHADAK
PPs PMAT 2012

ELEGI PLATOISM DAN ARISTOTELESISM
Tidak ada kebenaran yang absolut di dunia ini, demikian juga dengan matematika. Tidak ada kebenaran yang absolut di matematika, kebenaran matematika saat ini terkesan absolut hanya dikarenakan belum ditemukannya cara menyalahkan kebenaran tersebut. Mungkin hari ini tidak ada, tapi siapa yang berani menjamin kelak di suatu masa ditemukan cara menyalahkan kebenaran tersebut.
Akan tetapi dengan kerelatifan kebenaran matematika bukan berarti haram hukumnya mengajar matematika tersebut kepada para generasi atau bukan berarti kalau kita mengajarkan matematika diartikan kita telah mengajarkan kesesatan. Kebenaran relatif matematika tidak ada salahnya diajarkan dan bisa dianggap merupakan kebenaran yang absolut selama belum ditemukan kesalahan dari kebenaran tersebut. Kebenaran para platoism bisa saja diajarkan ditingkat sekolah secara dinamis akan tetapi cara pendekatan pembelajaran dan menilai memang sangat tepat menggunakan pendekatan Aristotelesism, biarlah pada takaran matematika di sekolah tidak usah dipertentangkan platoism dengan aristotelesism karena secara mental anak - anak sekolah belum siap untuk itu. Biarlah platoism dan aristotelesism menjadi konsumsi ketika generasi kita sudah siap untuk itu dan memang sebaiknya antara platoism dan aristotelesism bisa saling mengahargai karena sebenarnya tidak kebenaran yang obsolut di dunia ini

ELEGI RAMAI
Berdzikir bukan berarti hanya melafadzkan dzikir itu dengan suara saja semata, tetapi berdzikir harus menggunakan dengan segenap jiwa dan raga. Ketika kita dapat menyatukan segenap jiwa dan raga dalam dinamika dzikir maka tidak perlu bantuan alat untuk megemakan dzikir ke seluruh penjuru sendi - sendi tubuh dan ke seluruh penjuru bumi. Kemampuan suara untuk berdzikir dibatasi kemampuan suara dan alat pembantu suara untuk mengemakan dzikir tersebut. Tetapi kemampuan mengatur harmoni jiwa dan raga berdzikir akan berdampak pada perilaku pada pribadi tersebut, dan akan menjadikan pribadi tersebut benar - benar pantas menjadi Khalifah di muka bumi ini.

ELEGI SYAITAN
Ada syaitan yang paling berat dikalahkan, meskipun dia seorang yang super matematikawan sekalipun yaitu syaitan yang berupa manusia. Syaitan model ini amat susah dikenali kadang dia menjelma menjadi anak kita, istri/suami kita, orang tua kita, guru kita, teman kita dll. Model godaannya bisa berupa fisiknya, ilmunya atau bahkan pemikirannya. Sering kita tidak tahu siapa dia, karena kadang bisa menjadi kawan kadang bisa menjadi lawan. Seandainya berupa wujud maka mudahlah kita mengenalinya, tetapi yang paling berat godaan itu berupa pemikiran , kalau tiap waktu kita bergumul dengan pemikiran itu sehingga kita menjadi lupa segalanya maka pemikiran itulah yang sebenar - benarnya syaitan bagi dirimu. Pun pula dengan matematika jika tiap waktu kita disibukkan untuk menyatukan diri kita dengan matematika, maka matematika itu telah menjadi syaitan bagi diri kita.

ELEGI GUNUNG ES
Ilmu yang selama ini kita peroleh adalah dari penglihatan,pendengaran,perasaan,penciuman dan perabaan kita semata. Ilmu yang kita peroleh dengan menggunakan indera kita tak ubahnya seperti sebuah puncak dari gunung es, kita mengenalinya dari indera kita tapi kita tidak pernah menyelami secara sungguh - sungguh ada apa di balik, di dasar dan lereng - lereng gunung es tersebut. Kita hanya mengenali tidak lebih dari satu dari milyaran dan trilyunan bahkan ketak hinggaan gunung es, kita hanya memiliki tak lebih banyak dari setetes air di lautan. Kita masih harus banyak belajar karena apa yang kita pahami dan punyai sekarang amat tidak pantas untuk dipuaskan, kita harus banyak menuruni dan mengkaji secara keseluruhan komponen gunung es, apa yang terlihat dan apa yang tersembuyi dengan segenap jiwa dan raga, dan kita tidak boleh berhenti karena masih banyak gunung es - gunung es yang lainnya, kita telusuri kita kaji satu persatu dengan tiada pernah berhenti, kita akan berhenti tak kala kita mati.

Selasa, 17 Juli 2012

FILSAFAT DAN KEBENARAN


Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna dibanding makhluk Tuhan yang lainnya. Letak kesempurnaan manusia terletak pada dua hal yakni akal dan hati. Karenanya sungguh sangat naïf kalau manusia tidak mau dan mampu mengoptimalkan akal dan hatinya. Pengoptimalan akal dan hati itu sudah sejak lama disadari oleh manusia bahkan sejak manusia itu sendiri diciptakan.
Kesadaran manusia itu ditandai dengan kemampuan manusia untuk tetap survival dalam hidup. Alat yang digunakan manusia untuk survival itu berupa suatu ilmu. Untuk mengembangkan ilmu tersebut maka manusia senantiasa mengolah akal ( pikir ) dan mengolah hati. Penggelolaan pikir dan hati ini melahirkan suatu filsafat. Dunia barat lebih cenderung menggunakan olah pikir saja sedang dunia timur menambahkan juga olah hati dalam berfilsafat.
Berfilsafat itu merupakan cara berhakikat untuk menentukan suatu kebenaran dalam hidup. Olah pikir yang dilakukan dunia barat berusaha untuk menentukan kebenaran hakiki yang hanya berdasarkan pikiran manusia belaka. Kebenaran seperti ini merupakan suatu kebenaran yang subyektif karena kebenaran masing – masing pribadi mempunyai perbedaan.
Hakiki kebenaran dalam hidup itu hanya bisa diperoleh apabila manusia menggunakan olah hati dalam menjustifikasi suatu kebenaran. Setiap perbedaan – perbedaan kebenaran pada manusia akan menuju suatu titik kebenaran yang sama manakala tiap – tiap manusia mengedepankan suara hati dalam menilai kebenaran tersebut. Pengembaraan pikiran manusia dalam pencarian suatu kebenaran dalam hidup pada akhirnya harus bermuara pada hati sebagai penjustifikasi hakikat kebenaran tersebut

Pertanyaan :
1. Apa manfaat filsafat ilmu dalam pendidikan matematika ?
2. Apakah ada perbedaan  kebenaran filsafat ilmu dengan kebenaran empiris ?
3. Bagaimana kebenaran matematika dilihat dari sudut filsafat ?

Refleksi KULIAH 1 FILSAFAT ILMU oleh Dr. Marsigit.