ANTROPOLOGI
FILSAFAT
Oleh : MUHAMMAD SUHADAK
Antropologi
filsafat adaalah filsafat hakikat manusia. Ada 3 mazhab utama yang secara
mendasar membicarakan mengenai hakikat manusia, yaitu Idealism, Materialism dan
Vitalisme. Dari isme yang berkembang baik dari zaman Yunani Kuno sampai zaman
Kontemporer semuanya bertumpu pada salah satu dari ketiga isme tersebut atau
mensintesis dua diantaranya atau ketiga – tiganya.
1.
Ideakisme
Idealisme sering
diidentikan dengan idealism Jerman. Hal ini karena Idealisme Jerman pernah
mendominasi filsafat Jerman yang berusaha melengkapi projek revolusioner Kant
yaitu derivative prinsip pengetahuan dan etika dari sprutanitas dan otonomi
pikiran dan spirit. Misalnya Idealisme Hegel. Namun sebenarnya idealism sudah
ada sejak zaman Yunani kuno, setidaknya dari Plato. Idealisme memandang roh
sebagai kenyataan yang sejati. Dengan demikian, aliran ini disebut juga Spritualisme. Manusia primer dipandang
sebagai makhluk rohani. Manusia juga dapat disebut sebagai maklhluk rasional (
animal rationale ), artinya makhluk berbudi atau dipersempit lagi sebagai
makhluk berakal. Dengan perkataan lain, bahwa manuisa disebut juga makhluk
makhluk berbudi atau rohani yang berbudaya, atau lebih menunjuk pada
intelektualitasisme. Pada dasarnya manusia memandang idealism sebagai makhluk
yang berbudi atau rohani yang membudaya.
Sejarah
merupakan suatu proses rohaniah khuluk ( nature ). Dengan demikian, natur
manusia menjadi kultur, atau sesuatu yang rohaniah. Itulah pendirian humanismen ( Idealisme ). Selanjutnya,
kenyataan sejati yang rohaniah bersifat impersonalitas atau personalitas.
Impersonalitas menunjuk kenyataan rohani yang tidak sadar terhadap dirinya,
sedangkan personalisme bercirikan
kesadaran terhadap diri.
Sebagian orang
memandang, bahwa seluruh kenyataan terdiri atas kesatuan – kesatuan psikis atau
immaterialistis. Pandangan ini disebut Panpsikisme
atau Monadisme sesuai teori Leibnitz
( 1646 – 1716 ) tentang monade. Jika materialisme menekankan yang beruang (
berleluasan ) yang sensual, tergambarkan, a normatif, dan factual, Idealisme
meletakkan tekanan pada yang tidak beruang, suprasensual, tidak tergambarkan, normative,
dan bertujuan. Oleh karena itu idealisme mempersoalkan roh, jiwa ( psyche ) dan
idea pribadi ( persona ).
Manusia dalah
makhluk yang berbudaya adalah pendukung kenyataan ideal, seperti dunia norma
atau nilai, dan roh yang meliputi norma – norma itu menunjukkan aspek – aspek
rasionalitas, estetis, dan relegius. Oleh karena itu, dapat dibedakan antara idealism rasional, idialisme etis,
idealisme estetis, idealism relegius.
Menurut idealisme rasional, hakikat manusia
adalah kesanggupan untuk berpikir. Aristoteles
( 380 – 322 SM ) menggolongkan jiwa vegetatif, animal, dan human kedalam jiwa manusia.
Jiwa manusia menunjukkan ciri – ciri yang khas. Kesanggupan manusia untuk
berpikir disebut nous ( budi ).
Pada asasnya,
ucapan Descartes ( 1596 – 1650
),”cogito ergo sum” berarti bahwa hakikat saya sebagai manusia adalah berpikir.
Pemikir Prancis yang dikenal sebagai seorang arsitek abad pemikiran modern ini
mengajukan dua doktrin prinsip dunia filsafat. Doktrin pertama adalah reduksionisme fisikomatematis yang
komperehensif menyatakan bahwa semua gejala yang terobservasi terutama harus
diterangkan dengan referensi terhadap interaksi
partikel – partikel yang dapat diuraikan tersendiri dalam hal ukuran,
bentuk, dan gerakan. Doktrin kedua adalah konsepsi tentang jiwa yang berada
diluar pandangan murni ( purview fisika – suatu gejala sui generis yang pada
hakikatnya hanya dapat dikuasai dari dalam melalui refleksi instrosepeksi. Pada
masa pencerahan, pendirian tersebut diperuncing menjadi pemujaan terhadap akal.
Menurut Hegel ( 1770 – 1831 ), arti, makna atau
nous bukanlah sesuatu yang dimiliki tiap – tiap manusia, melainkan manusia
menjadi alat nous yang meliputi seluruh alam semesta . Perbuatan seseorang
bukan berdasarkan kecakapannya sebagai induvidu, melainkan merupakan perbuatan
nous yang mempergunakannya sebagai alat. Filosof yang meniti karir filsafatnya
dimulai dari seminari, yaitu suatu pendidikan tinggi keagamaan. Dalam karya
pertamanya, hegel berusaha untuk mendampingkan filsafat dengan kristianitas.
Hakikat manusia
menurut idealisme etis, ialah
kemauannya. Manusia primer dipandang sebagai makhluk sosial. Kant ( 1724 – 1804 ) pernah mengatakan
bahwa segala sesuatu di alam semesta ini dapat diperalat, kecuali manusia
sebagai makhluk berbudi merupakan tujuan terhadap dirinya sendiri. Dengan
perkataan lain, manusia bukat diperalat, melainkan memperalat. Menurut Kant,
hukun kesusilaan tidak dating dari luar diri manusia, tetapi dating dari
budinya sendiri.
Idealisme
estetis memandang perasaan sebagai hakikat manusia. Menurut
Goethe ( 1749 – 1832 ), kenyataan
merupakan karya kesenian, demikian pula kehidupan manusia. Berdasarkan
pembawaannya yang wajar, manusia harus menjadi kepribadian yang selaras dengan
seluruh kosmos.
Idealisme
relegius memandang kepercayaan sebagai hakikat manusia.
Menurut Plato ( 427 – 347 SM),
manusia dengan erosnya, senantiasa menuju pada idea – idea yang bersifat
rohani. Sebenarnya kehidupan di dunia adalah maya. Kehidupan yang sejati hanya
ditemukan di dalam alam idea, yaitu Tuhan merupankan idea tertinggi. Agustinus ( 354 – 430 ) memandang
Tuhan sebagai roh yang menciptakan idea – idea itu.
Saat ini,
idealisme tidak memegang peranan yang penting. Pada abad 19, idealisme hidup
dalam aliran neo – Kantianisme dan neo – Hegelianisme. Neo – kantianisme
merupakan gerakan di Jerman yang bangkit sebagai reaksi terhadap kecenderungan
yang berkembang pada abad ke -19, ialah materalisme metafisika yang ilmiah dan
materalisme ilmiah yang dogmatis.
2.
Materialisme.
Terdapat tiga
aliran filasafat yang tidak sekedar memandang manusia, tetapi manusia sebagai
kajian utama, yaitu materialisme ( Demokritos ), Idealisme ( Plato ), dan
Vitalisme ( Aristoteles ). Aliran yang lain yang juga berkembang yaitu
psikomonisme, tetapi karena batas – batasnya dengan idealism tidak tegas,
banyak orang tidak memandangnya sebagai suatu aliran tersendiri. Aliran yang
paling tua dan paling banyak berpengaruh adalah idealisme. Pada abad ke-18 dan
ke-19, materialisme mulai berpengaruh, sedangkan akhir abad ke-19 muncul pula
Vitalisme.
Materialisme
sudah ditemukan dalam filasafat Yunani Purba. Menurut Demokritos ( 460 – 370 SM ), kenyataan itu terdiri dari atas atom,
yakni benda kecil yang tidak dapat dibagi, tidak dapat diamati, serta bersifat
menetap. Atom – atom itu saling berbeda dalam besar, bentuk, berat dan susunan
dan senantiasa bergerak tanpa tujuan. Namun, kenyataan itu berdasarkan hukum –
hukum yang bersifat mutlak. Terdapat perbedaan antara Demokritos dan
Aristoteles.Menurut Demokritos, benda – benda itu tunduk hukum alam, sedangkan Aristoteles, benda – benda bergerak
menurut causa finalis, digerakkan oleh intellechie. Meskipun demikian,
Aristoteles kerap disebut sebagai tokoh materialisme pada zaman Yunani Kuno,
sedangkan Plato sebagai peletak dasar idealisme
Segala perubahan
dalam dunia gejala berdasarkan perbedaan – perbedaan dan gerak. Menurut
Demokritos, hakiki yang berubah, sedangkan menurut Perminides, hakiki yang tetap. Aliran materialisme membatasi
kenyataan sejati pada daerah ontis dunia anorganis ( dunia materi ). Segala
sesuatu, yaitu kehidupan, jiwa dan roh dikembalikan pada materi. Aliran ini
disebut materimonisme, yaitu materi
yang terdiri dari atas bagian – bagian yang disebut molekul. Dengan kata lain,
materi itu tunduk pada hukum – hukum tertentu sehingga kenyataan itu dipandang sebagai
suatu mesin ( mekanisme )
Menurut August Comte, orang harus memandang
pandangan itu sebagai materialisme apabila yang lebih luhur, yakni yang lebih
kompleks dijabarkan daripada yang lebih rendah atau bersahaja. Dengan demikian
, pikiran dikembalikan pada gerak sel otot, dan kesenian pada ekonomi, yaitu
keadaan material.
Suatu biologisme yang mengembalikan manusia
pada keadaan fisiknya, tergolong materialisme. Biologisme dapat juga merupakan
Vitalisme.
Pandangan –
pandangan Demokritos sebagai ahli filsafat tergolong pandangan pertama dalam
materialisme yang mengambarkan sifat mekanistis dan deterministis. Determinisme adalah aliran berpikir
yang berpendapat, bahwa segala sesuatu itu telah dan dapat ditentukan sebelumnya.
Oleh karena itu, pada determinisme tidak ada kemungkinan tetapi keharusan.
Menurut
Demokritos, jiwa itu terdiri dari atas yang halus dan bulat, serta merupakan
jenis atom yang paling banyak dan mudah bergerak, juga meliputi seluruh tubuh.
Ia memasukkan suatu unsur dualistis ke dalam pandangannya.
Pada abad XVII,
XVIII terutama XIX, materialisme berkembang dengan pesat, sejalan dengan
perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam.
De la mettrie (
1709 – 1751 ) yang bernama lengkap Julian
Offroy De La Mettrie adalah seorang dokter yang membuat tulisan dalam
sebuah buku yang berjudul “L’homme-machine”. Dalam tulisannya, ia menolak
pendangan Descartes tentang res extensial dan res cogitas. Res Extensial
berarti memenuhi ruangan, sedangakan Res Cogitas adalah hal yang dipikirkan.
Menurutnya, hanya ada materi yang bergerak dengan sendirinya sehingga tidak
diperlukan Tuhan sebagai penggerak. Jiwa atau roh sebagai institusi berpikir
ditolaknya. Berpikir merupakan fungsi wajar dari badan. Pada hakikatnya,
manusia merupakan mesin, serupa dengan hewan ( Descartes ) tidak ada perbedaan
hakiki antara hewan dan manusia.
Holbach
(
1715 – 1771 ), dalam tulisannya “ Systeme de la Nature” ( Susunan Alam ),
menolak dualisme Descartes dan menuntut materimonisme. Kenyataan sejati adalah
materi yang bergerak. Segenap gejala bergerak menurut keharusan mekanis.
Manusia sebagai bagian dari alam merupakan bagian mekanisme.Dalam sistem ini,
tidak ada bagi Tuhan, kehidupan kekal, kemauan bebas, serta kesusilaan.
Feuerbach
( 1804 – 1872 ) terkenal karena kecamannya terhadap agama dan ungkapannya “Der
Mensch is war es isst” ( manusia adalah yang dimakannya ), yaitu materi. Jika
yang dimakan adalah materi, manusia itu tidak lebih dari materi itu sendiri.
Karya yang paling penting dari filosof ini, “ Das Wesen des Christentums”
terbit lebih dulu daripada buku tersebut yaitu tahun 1841. Isi buku tersebut
menyatakan tentang perbedaan esensial antara manusia dan makhluk binatang
lainnya. Menurut Feuerbach, manusia dan binatang tidak berbeda atau satu jenis.
Binatang yang terakhir hanya digerakkan naluri, sementara manusia juga memiliki
kekuatan untuk berefleksi yang memungkinkan mereka menguasai alat kelengkapan
dirinya yang esensial. Ia berpendapat, bahwa pikiran kita berasal dari semua perfeksi.
Manusia berasal dari bukan makhluk manusia.
Vogt
( 1817 – 1895 ), seorang ahli ilmu hayat yang berpendapat, bahwa pikir sama
dengan otak, empedu sama dengan hati, dan air seni sama dengan ginjal. Ia
mengembalikan segala sesuatu menurut gerak alam.
Jacob
Molleschott ( 1822 – 1893 ), seorang guru besar
dalam ilmu faal berpendapat, bahwa pikiran itu suatu gerak perubahan zat otak.
Ia mengajar di Heidelberg, Zurich, dan Roma. Ucapannya, “ Ohne Phospor keine
Gedaken “ ( tanpa fosfor tidak ada pikiran ). Materi otak ini sangat penting
sebab tanpa otak, kita tidak mungkin berpikir. Ia merupakan wakil utama
materialisme ilmiah yang popular untuk abad ke -19.
Buechner
( 1824 – 1899 ), seorang dokter yang mengemukakan dalam bukunya “ Kraft und
Stoft “ ( gaya dalam materi ), yaitu tidak ada gaya tanpa materi dan
sebaliknya. Jiwa, kesadaran, dan pikiran merupakan suatu gaya, yaitu suatu
curahan zat, terutama otak. Berpikir sama dengan gerak otak. Pemikiran manusia
dipandangnya sebagai suatu hasil alamiah yang wajar. Alam pikiran ini sangat
sesuai dengan teori evolusi Darwin (
1804 – 1882 ). Dalam tulisanny, “ The origin of species on the desvent of man
“, ia mengemukakan bahwa dunia organis menunjukkan suatu evolusi atau
perkembangan dari jenis yang rendah ke jenis yang tinggi. Manusia merupakan
hasil terakhir evolusi itu. Adapun evolusi itu berlangsung menurut hukum
mekanis yang wajar. Dengan demikian, tidak terlihat adanya perbedaan hakiki
antara manusia dan hewan. Artinya manusia pada hakekatnya sama dengan hewan.
Dengan kata lain bahwa manusia dapat berevolusi pada taraf yang melampaui
manusia dewasa ini. Perlu ditegaskan disini, bahwa Darwin hanya bermaksud
mengemukakan hipotesa untuk menerangkan gejala alam. Buechner dikenal sebagai
seorang penganjur etika utilitaranisme.
Ia menolak relegius supernaturis dan doktrin – doktin moral yang ia sebut
sesuatu yang salah dan berbahaya.
Herbert
Spencer ( 1820 – 1903 ), dalam tulisan utamanya “system of Synthetic
Philosophy “, asas evolusi itu dimasukkan ke dalam jenis ilmu pengetahuan.
“Darwinisme” dan “Evolusionisme” menjadai slogan terhadap suatu pandangan dunia
yang melampaui maksud Darwin. Dengan menyakini kebenaran Darwin disertai
keyakinan sendiri. Haeckel merupakan seorang yang sangat berhasil mengembangkan
pikiran Darwin.
Spencer seorang
ahli sosiologi dan psikologi yang terkenal pada akhir abad ke-19. Dalam “First
Principles”, ia menyatakan bahwa yang dapat kita ketahui hanyalah fenomena
luar, meskipun melalui argumentasi kita dapat menduga yang tidak dapat diamati.
Melalui argumennya, ia menyakini bahwa di balik fenomena luar terdapat potensi
yang menjadi sumber seluruh fenomena luar. Dan itu adalah evolusi, ialah hukum
yang mengatur proses saling menyempurnakan antara materi dan gerakan. Masalah
hubungan saling mempengaruhi antara potensi dan lingkungan, ia tulis sebagai
prinsip biologi dan psikologi.
Haeckel
( 1834 – 1919 ), dalam tulisannya “Die Weltraetzel”( teka teki dunia ),
Darwinisme menjadi popular. Haeckel menolak pandangan dunia Kristen yang
menimbulkan dualisme antara materi dan roh. Tulisannya yang termashur merupakan
ajaran materi monisme yang konsekuen serta sistematis.
Haeckel terkenal
dengan hukum biologis yang disebut rekapitulasi.
Hukum ini menyatakan, bahwa ontojenis – perkembangan individual –
merekapitulasikan filojeni ( perkembangan jenis,spicies ). Ia adalah
pendiri/penemu Monistenbud ( Liga
Monist ) dengan tujuan mengembangkan etika dan metafisika baru.
Pada asasnya,
pandangan materiaslisme ini memutlakkan hasil – hasil ilmu pengetahuan alam
atau Naturwissenschaft sehingga muncullah pandangan dunia atas dasar ilmu –
ilmu tersebut, yaitu naturalisme yang
menolak segala jenis instansi supernatural.
Pandangan ini
sangat menarik perhatian banyak orang, terutama karena sebagian dari mereka
sudah jemu terhadap spekulasi yang metafisis, abstrak serta kabur. Sebaliknya
orang ingin kembali pada yang kongkrit, real dan nyata.
Suatu aliran
yang berorientasi pada ilmu pengetahuan alam, tetapi menolak metafisik, yaitu positivisme yang dikemukan Agust Comte ( 1798 – 1857 ) dalam
tulisannya “Cours du philosophie Positivies”. Menurut Comte, hendaknya kita
memandang phenomenon atau gejala itu sebagai sesuatu yang tunduk pada hukum
alamiah yang menetap atau mutlak ( tidak bergantung pada apapun ). Saat ini
aliaran ini dikembangkan oleh sekelompok sarjana yang tergabung dalam Werner
Kriese ( 1929 – 1939 ). Tokoh tokohnya antara lain, Mauritsz Slick ( 1882 – 1936 ) dan Rudolf Carnap ( 1891 – 1970 ) membentuk Neo Positivisme yang menolak pandangan eksistensialisme yang anti
scienticism.
Bapak dari
aliran materialisme modern adalah Karl
Max ( 1818 – 1883 ) yang sangat dipengaruhi oleh Hegel dan Feuerbach dan
melahirkan paham Komunisme. Paham
kominisme ini berkembang di Uni Soviet oleh Stalin dan di Cina oleh Mao
Tse Tung. Marxisme itu sendiri sering disebut sebagai teori “social
analysis” yang berdasarkan pada ekonomi.
3.
Vitalisme
Vitalisme adalah
suatu aliran yang menolak materialisme. Pada abad sekarang, aliaran yang
berkembang adalaha neo positivisme dan eksistensialisme. Eksistensialisme
tumbuh dan berkemabang di Perancis, sedangkan neo positivisme yang semula
tumbuh dan berkembang di Eropa, kemudian menyebar ke Inggris dan Amerika
Serikat.
Vitalisme secara
umum diartikan sebagai pandangan bahwa pemahaman terhadap kehidupan menuntut keterangan
dasar yang menyangkut perbedaan dari apa yang terjadi pada ilmu – ilmu alam.
Sebagai tambahan terhadap substansi dan kekuatan – kekuatan yang dikenal dalam
ilmu – ilmu fisik terhadap kekuatan hidup yang khusus. Pandangan ini
dikemukakan Hans Driesch ( 1867 -
1941 ), seorang filsuf alam yang beraliran Romantik.
Ia mengajukan istilah entelechy. Tokoh vitalisme yang lain adalah Henri Bergson, seorang filsuf Perancis
( 1859 – 1941 ) yang menyebut kekuatan itu dengan istilah elan vital, impuls
hidup. Bergson menyatakan bahwa kehidupan itu tampil dalam dua ciri semangat
atau moral. Ada yang didasari moral tertekan ( moral de la pression ) dan yang
didasari moral bercita – cita ( moral de I’Aspiration ).
Vitalisme adalah
aliran metafisika yang mengharuskan daerah ontis dunia organis ( alam hidup )
yang memandang kehidupan sebagai kenyataan sejati satu – satunya. Vitalisme
dikenal juga dengan nama filsafat hidup ( vitalisme, philosophy of life ) suatu
aliran yang lahir pada akhir abad IX.
Menurut
vitalisme, materialisme tidak memperhatikan ciri – ciri totalitas, spontanitas,
dan finalitas dunia organis. Vitalisme menolak pendirian idealisme yang
memandang kenyataan sejati primer yang bersifat rohani. Bukan roh yang primer,
melainkan kehidupan. Itu mendasari roh. Tanpa kehidupan tidak ada roh. Idealisme
sering kali menimbulkan pemujaan terhadap akal budi dan rasio. Oleh karena itu,
vitalisme anti intelektualitas, serta menekankan segi – segi irrasional pada
manusia. Vitalisme dapat berorientasi pada biologi ( biologisme dari Driesch ), juga pada histori ( historisme dari Dilthey
). Sebagai reaksi atas materialisme dan idealisme yang bersifat monistis,
vitalisme sering kali menunjukkan sifat pluralistis.
Schopenhauer
( 1788 – 1860 ) dalam karyanya “Die Welt als Will Und Verstellung” ( Dunia
sebagai kemauan dan tanggapan ), pertama – tama membenarkan Kant yang
membedakan neunon dan fenomenon. Dunia sebagai tanggapan menuju pengertian
fenomenon, namun Schopenhauer menolak pendirian Kant bahwa neumenon tidak dapat
dikenal. Menurut Schopenhauer, kita dapat mengenalnya melalui diri kita
sendiri. Ia akan menemukan pada dirinya, kemauan yang berakar pada dorongan
hidup yang buta. Dorongan ini adalah hal tidak sadar, sedangkan yang menjadi
hal sadar adalah kemauan. Sistem
filsafat Artur Schopenhauer merupakan sinteis
dari indegenus dari Paltonisme, Kantianisme, dan filasafat ketimuran terutama
Budha. Jasa dari Schopenhauer adalah pemahaman terhadap ketidaksadaran mendasari kesadaran.
Berdasarkan
pendapata Schopenhauer, Edward Von
Hartmann ( 1842 – 1906 ) menulis sebuah buku yang berjudul “Philosophie des
Unbewusten” dan Sigmund Freud ( 1856
– 1939 ) mengembangkan psikologi yang menekankan pada kepentingan
ketidaksadaran yang kemudian dikenal dengan psikoanalisis. Psikoanalisis dapat disebut teori, teknik psikodiagnostik dan sekaligus
teknik psikoterapi yang mendasari pandangan, bahwa perilaku manusia termasuk
perilaku sakit, jauh lebih banyak ditentukan oleh kekuatan yang ada di bawah
sadar, tidak disadari.
Nietzshe
(
1844 – 1900 ) pernah disebut bapak vitalisme. Menurutnya, kenyaan sejati adalah
kehidupan. Adapun jika menurut Schopenhauer untuk mencapai kebahagiaan, orang
harus meniadakan nafsunya. Ia berpendapat bahwa manusia hendaknya menerima
kenyataan itu dan tidak melarikan diri dari kenyataan dengan cara meniadakan
dorongan hidup. Hal ini disebut dengan amorfati, yaitu kerinduan terhadap hasil.
Nietzshe menolak pesimisme Schopenhauer.
Sebagaimana
dikembangkan Freud, Adler dan Jung, psikologi berdasarkan penelitian empiris
sampai pada kesimpulan – kesimpulan yang lebih dahulu telah dikemukan
Schopenhauer dan Nietzshe. Pada hakikatnya manusia merupakan suatu berkas
dorongan – dorongan. Kebudayaan berpangkal pada dorongan – dorongan tersebut (
sublimasi ). Adler mempersoalkan
tentang dorongan kekuasaan, Uebermensch yang dicita – citakan Nietzshe
dilihatnya tercapai oleh Bangsa Arya. Namun Nietzshe tidak memandangnya tidak
terbatas pada Bangsa Jerman, seperti dalam Naziisme
dalam buku Alferd Rosemberg “Der
Mythos des Zwanzigsten”. Rosenberg semacam author intelektualisme, menyatakan
bahwa manusia dikembalikan pada faktor bangsa, yaitu biologis,
Seorang tokoh
terkemuka di kalangan filsafat hidup adalah Hendri Bergon ( 1859 – 1941 ), berpendapat bahwa, baik materialisme
dan idealisme gagal dalam menjangkau kenyataan hidup. Hal ini disebabkan
terhadap kedua aliran ini, orang ingin menjangkaunya dengan akal, sedangkan
menurut Bergson, hal itu harus dilakukan dengan intuisi.
Seorang filosof
yang berorientasi pada biologi adalah Ludwig
Klages ( 1872 – 1949 ). Ia seorang filosof Jerman penganjur dan
representative vitalisme dan irrasionalisme
yang sangat dipengaruhi oleh filsafat romantik dab Nietzshe. Dalam karyanya
“Der Geist als wiederschaer der Seele”, ia mengemukan bahwa Geist ( roh ) yang
bekerja secara rasional itu menjadi perintang bagi pertautan kehidupan
naluriah, jiwa ( seele ) yang sewajarnya. Dalam hal ini, kita melihat sifat
intelektualitas dari vitalisme serta penekannya pada segi irrasional. Klages
dikenal sebagai seorang yang membuat dasar – dasar graphologie yang menjadi tulisan tangan sebagai alat untuk
menentukan karakter seseorang.
Lain halnya
dengan Wilhelm Dilthey ( 1833 – 1912
), ia tidak lagi berorientasi pada biologi, tetapi pada sejarah. Serupa dengan
Kant ia membedakan alam dan kebebasan ( fenomen dan neumenon ). Gejala – gejala
alam dapat didekati secara rasional dengan metode ilmu pengetahuan alam, tetapi
gejala kehidupan manusia yang menunjukkan kebebasan yang bersifat irrasional
menuntut metode lain, yaitu verstehen (
pemahaman ).
Suatu aliran
vitalisme yang sangat berpengaruh di AS dan Inggris ialah pragmatisme. Menurut aliran ini, sesuatu itu disebut benar jika
berguna bagi kehidupan. Pelopornya Piere
( 1839 – 1914 ), sedangkan tokoh utamanya William
James ( 1842 – 1910 ). James menolak idealism maupun materi monism. Ia juga
anti intelektualisme. Menurut James, pragmatism tidak mempersoalkan asas –
asas, kategori – kategori, pokok – pokok primer, dan keharusan, tetapi
mempersoalkan hasil, akibat, fakta, hal – hal terakhir, kegunaan, nilai, dan kesuksesan
merupakan criteria kebenaran. Menurutnya, sesuatu itu benar jika menunjukkan
cash – value.
Seorang tokoh
Inggris yang terkenal adalah FCS
Schiller ( 1864 – 1952 ) menolak kebenaran mutlak. Sebaliknya, Ia
berpendapat bahwa kebenaran itu dinamis, sesuatu yang menjadi. Tokoh AS yang
tergolong eksponen aliran ini, John Dewey ( 1859 – 1952 ). Pandangannya
merupakan paduan antara ajaran James dan
Naruralisme. Ia berpendapat bahwa pengetahuan yang benar hanya mungkin
dicapai melalui metode ilmu pengetuan alam. Ia mendukung “behaviorism” ala Watson
yang berpendirian bahwa obyek psikologi bukan kesadaran, melainkan perilaku.
Jiwa dan roh tidak lain berasal dari gerakan badan yang diteliti secara
obyektif. Menurut Dewey, pikiran merupakan alat bagi perbuatan. Dalam ilmu
pengetahuan alam, hipotesis kerja merupakan alat membimbing penelitian, maka
ajaran Dewey disebut Instrumentalisme.
Kesimpulan
Berdasarkan pola
pikir dan obyek pikir aliran – aliran filsafat dari Yunai Kuno sampai dengan
kontemporer semuanya bertumpu pada salah satu dari ketiga isme ( Idealisme,
Materialisme dan Vitalisme ) atau mensintesis dua diantaranya atau ketiga –
tiganya. Berikut isme – isme dan tokoh – tokoh dari ketiga isme tersebut :
1.
Idealisme
a. Aliran yang
tergabung : Spritualisme, Humanisme, Personalisme, Panpsikisme, Monadisme,
Idealisme Rasional. Idealisme Estetis, Idealisme Relegius, Reduksionisme, Neo
Kantianisme, Neo Hegelianisme.
b. Tokoh – tokoh yang
tergabung : Plato, Hegel, Leibnitz, Aristoteles, Descartes, Kant, Goethe,
Agustinus.
2.
Materalisme
a. Aliran yang
tergabung : Materimonisme, Mekanisme, Positivisme, Biologisme, Determinisme,
Evolusionisme, Utilitaranisme, Dualisme, Rekapitulasi, Monistenbud,
Naturalisme, Neo Positivisme, Komunisme.
b. Tokoh – tokoh yang
tergabung : Demokritos, Aristoteles, Permenides, Comte, De La Mattrie, Holbach,
Feuerbach, Vogt, Jacob Mollschott, Buechner, Darwin, Helbert Spencer, Haeckel,
Mauritsz Slick, Rudolf Carnap, Karl Marx, Stalin, Mao Tse Tung.
3.
Vitalisme
a. Aliran yang
tergabung : Romantik, Biologisme, Historisme, Psikoanalisme, Pesimisme (
sintesis Indegenus, Kantianisme, Budha ), Intuisisme, Irrasionalisme,
Verstehen, Pragmatisme, Instrumentalisme.
b. Tokoh – tokoh yang
tergabung : Hans Driesh, Henri Bergson, Dilthey, Schopenhauer, Edward Von
Hartmann, Sigmund Freud, Nietzshe,
Adler, Alfred Rosemberg, Ludwig Klages, Piere, William James, FCS Schiller,
Dewey.
Pertanyaan :
1. Apakah Pancasila
merupakan aliran dalam filsafat ?
2. Apakah penamaan isme
merupakan deklarasi dari tokoh – tokoh filsuf itu sendiri?
Daftar Pustaka
Bertens, K.Dr. 1976. Ringkasan
Sejarah Filsafat. Yogyakarta : Yayasan Kanisius.
Bertens,K.2005. Panorama Filsafat
Modern. Jakarta Selatan : Penerbit Teraju ( PT Mizan Publika ).
Bakry, Hasbullah, Prof.Drs.SH.
1981. Sistematika Filsafat. Jakarta : Fa.Widjaya.
Ferm,Vergilius (ed.)1961.History Of
Philosopical Systems. New Student Outline Series.Littlefield.
Langveld,M.J,Dr.1995. Op Weg naar
Wijsgering Denken. Cetakan ketiga. Diterjemahkan oleh G.J. Claessen, diselidiki
oleh Drs. Hazil Tanzil. Cetakan ketiga .PT. Pembangunan Djakarta.