Sabtu, 29 September 2012

ANTROPOLOGI FILSAFAT


ANTROPOLOGI FILSAFAT
Oleh : MUHAMMAD SUHADAK

Antropologi filsafat adaalah filsafat hakikat manusia. Ada 3 mazhab utama yang secara mendasar membicarakan mengenai hakikat manusia, yaitu Idealism, Materialism dan Vitalisme. Dari isme yang berkembang baik dari zaman Yunani Kuno sampai zaman Kontemporer semuanya bertumpu pada salah satu dari ketiga isme tersebut atau mensintesis dua diantaranya atau ketiga – tiganya.

1. Ideakisme

Idealisme sering diidentikan dengan idealism Jerman. Hal ini karena Idealisme Jerman pernah mendominasi filsafat Jerman yang berusaha melengkapi projek revolusioner Kant yaitu derivative prinsip pengetahuan dan etika dari sprutanitas dan otonomi pikiran dan spirit. Misalnya Idealisme Hegel. Namun sebenarnya idealism sudah ada sejak zaman Yunani kuno, setidaknya dari Plato. Idealisme memandang roh sebagai kenyataan yang sejati. Dengan demikian, aliran ini disebut juga Spritualisme. Manusia primer dipandang sebagai makhluk rohani. Manusia juga dapat disebut sebagai maklhluk rasional ( animal rationale ), artinya makhluk berbudi atau dipersempit lagi sebagai makhluk berakal. Dengan perkataan lain, bahwa manuisa disebut juga makhluk makhluk berbudi atau rohani yang berbudaya, atau lebih menunjuk pada intelektualitasisme. Pada dasarnya manusia memandang idealism sebagai makhluk yang berbudi atau rohani yang membudaya.

Sejarah merupakan suatu proses rohaniah khuluk ( nature ). Dengan demikian, natur manusia menjadi kultur, atau sesuatu yang rohaniah. Itulah pendirian humanismen ( Idealisme ). Selanjutnya, kenyataan sejati yang rohaniah bersifat impersonalitas atau personalitas. Impersonalitas menunjuk kenyataan rohani yang tidak sadar terhadap dirinya, sedangkan personalisme bercirikan kesadaran terhadap diri.

Sebagian orang memandang, bahwa seluruh kenyataan terdiri atas kesatuan – kesatuan psikis atau immaterialistis. Pandangan ini disebut Panpsikisme atau Monadisme sesuai teori Leibnitz ( 1646 – 1716 ) tentang monade. Jika materialisme menekankan yang beruang ( berleluasan ) yang sensual, tergambarkan, a normatif, dan factual, Idealisme meletakkan tekanan pada yang tidak beruang, suprasensual, tidak tergambarkan, normative, dan bertujuan. Oleh karena itu idealisme mempersoalkan roh, jiwa ( psyche ) dan idea pribadi ( persona ).

Manusia dalah makhluk yang berbudaya adalah pendukung kenyataan ideal, seperti dunia norma atau nilai, dan roh yang meliputi norma – norma itu menunjukkan aspek – aspek rasionalitas, estetis, dan relegius. Oleh karena itu, dapat dibedakan antara idealism rasional, idialisme etis, idealisme estetis, idealism relegius.

Menurut idealisme rasional, hakikat manusia adalah kesanggupan untuk berpikir. Aristoteles ( 380 – 322 SM ) menggolongkan jiwa vegetatif, animal, dan human kedalam jiwa manusia. Jiwa manusia menunjukkan ciri – ciri yang khas. Kesanggupan manusia untuk berpikir disebut nous ( budi ).

Pada asasnya, ucapan Descartes ( 1596 – 1650 ),”cogito ergo sum” berarti bahwa hakikat saya sebagai manusia adalah berpikir. Pemikir Prancis yang dikenal sebagai seorang arsitek abad pemikiran modern ini mengajukan dua doktrin prinsip dunia filsafat. Doktrin pertama adalah reduksionisme fisikomatematis yang komperehensif menyatakan bahwa semua gejala yang terobservasi terutama harus diterangkan dengan referensi terhadap interaksi  partikel – partikel yang dapat diuraikan tersendiri dalam hal ukuran, bentuk, dan gerakan. Doktrin kedua adalah konsepsi tentang jiwa yang berada diluar pandangan murni ( purview fisika – suatu gejala sui generis yang pada hakikatnya hanya dapat dikuasai dari dalam melalui refleksi instrosepeksi. Pada masa pencerahan, pendirian tersebut diperuncing menjadi pemujaan terhadap akal.

Menurut Hegel ( 1770 – 1831 ), arti, makna atau nous bukanlah sesuatu yang dimiliki tiap – tiap manusia, melainkan manusia menjadi alat nous yang meliputi seluruh alam semesta . Perbuatan seseorang bukan berdasarkan kecakapannya sebagai induvidu, melainkan merupakan perbuatan nous yang mempergunakannya sebagai alat. Filosof yang meniti karir filsafatnya dimulai dari seminari, yaitu suatu pendidikan tinggi keagamaan. Dalam karya pertamanya, hegel berusaha untuk mendampingkan filsafat dengan kristianitas.

Hakikat manusia menurut idealisme etis, ialah kemauannya. Manusia primer dipandang sebagai makhluk sosial. Kant ( 1724 – 1804 ) pernah mengatakan bahwa segala sesuatu di alam semesta ini dapat diperalat, kecuali manusia sebagai makhluk berbudi merupakan tujuan terhadap dirinya sendiri. Dengan perkataan lain, manusia bukat diperalat, melainkan memperalat. Menurut Kant, hukun kesusilaan tidak dating dari luar diri manusia, tetapi dating dari budinya sendiri.

Idealisme estetis memandang perasaan sebagai hakikat manusia. Menurut Goethe ( 1749 – 1832 ), kenyataan merupakan karya kesenian, demikian pula kehidupan manusia. Berdasarkan pembawaannya yang wajar, manusia harus menjadi kepribadian yang selaras dengan seluruh kosmos.

Idealisme relegius memandang kepercayaan sebagai hakikat manusia. Menurut Plato ( 427 – 347 SM), manusia dengan erosnya, senantiasa menuju pada idea – idea yang bersifat rohani. Sebenarnya kehidupan di dunia adalah maya. Kehidupan yang sejati hanya ditemukan di dalam alam idea, yaitu Tuhan merupankan idea tertinggi. Agustinus ( 354 – 430 ) memandang Tuhan sebagai roh yang menciptakan idea – idea itu.

Saat ini, idealisme tidak memegang peranan yang penting. Pada abad 19, idealisme hidup dalam aliran neo – Kantianisme dan neo – Hegelianisme. Neo – kantianisme merupakan gerakan di Jerman yang bangkit sebagai reaksi terhadap kecenderungan yang berkembang pada abad ke -19, ialah materalisme metafisika yang ilmiah dan materalisme ilmiah yang dogmatis.

2. Materialisme.

Terdapat tiga aliran filasafat yang tidak sekedar memandang manusia, tetapi manusia sebagai kajian utama, yaitu materialisme ( Demokritos ), Idealisme ( Plato ), dan Vitalisme ( Aristoteles ). Aliran yang lain yang juga berkembang yaitu psikomonisme, tetapi karena batas – batasnya dengan idealism tidak tegas, banyak orang tidak memandangnya sebagai suatu aliran tersendiri. Aliran yang paling tua dan paling banyak berpengaruh adalah idealisme. Pada abad ke-18 dan ke-19, materialisme mulai berpengaruh, sedangkan akhir abad ke-19 muncul pula Vitalisme.

Materialisme sudah ditemukan dalam filasafat Yunani Purba. Menurut Demokritos ( 460 – 370 SM ), kenyataan itu terdiri dari atas atom, yakni benda kecil yang tidak dapat dibagi, tidak dapat diamati, serta bersifat menetap. Atom – atom itu saling berbeda dalam besar, bentuk, berat dan susunan dan senantiasa bergerak tanpa tujuan. Namun, kenyataan itu berdasarkan hukum – hukum yang bersifat mutlak. Terdapat perbedaan antara Demokritos dan Aristoteles.Menurut Demokritos, benda – benda itu tunduk hukum alam, sedangkan Aristoteles, benda – benda bergerak menurut causa finalis, digerakkan oleh intellechie. Meskipun demikian, Aristoteles kerap disebut sebagai tokoh materialisme pada zaman Yunani Kuno, sedangkan Plato sebagai peletak dasar idealisme

Segala perubahan dalam dunia gejala berdasarkan perbedaan – perbedaan dan gerak. Menurut Demokritos, hakiki yang berubah, sedangkan menurut Perminides, hakiki yang tetap. Aliran materialisme membatasi kenyataan sejati pada daerah ontis dunia anorganis ( dunia materi ). Segala sesuatu, yaitu kehidupan, jiwa dan roh dikembalikan pada materi. Aliran ini disebut materimonisme, yaitu materi yang terdiri dari atas bagian – bagian yang disebut molekul. Dengan kata lain, materi itu tunduk pada hukum – hukum tertentu sehingga kenyataan itu dipandang sebagai suatu mesin ( mekanisme )

Menurut August Comte, orang harus memandang pandangan itu sebagai materialisme apabila yang lebih luhur, yakni yang lebih kompleks dijabarkan daripada yang lebih rendah atau bersahaja. Dengan demikian , pikiran dikembalikan pada gerak sel otot, dan kesenian pada ekonomi, yaitu keadaan material.

Suatu biologisme yang mengembalikan manusia pada keadaan fisiknya, tergolong materialisme. Biologisme dapat juga merupakan Vitalisme.

Pandangan – pandangan Demokritos sebagai ahli filsafat tergolong pandangan pertama dalam materialisme yang mengambarkan sifat mekanistis dan deterministis. Determinisme adalah aliran berpikir yang berpendapat, bahwa segala sesuatu itu telah dan dapat ditentukan sebelumnya. Oleh karena itu, pada determinisme tidak ada kemungkinan tetapi keharusan.

Menurut Demokritos, jiwa itu terdiri dari atas yang halus dan bulat, serta merupakan jenis atom yang paling banyak dan mudah bergerak, juga meliputi seluruh tubuh. Ia memasukkan suatu unsur dualistis ke dalam pandangannya.

Pada abad XVII, XVIII terutama XIX, materialisme berkembang dengan pesat, sejalan dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam.
De la mettrie ( 1709 – 1751 ) yang bernama lengkap Julian Offroy De La Mettrie adalah seorang dokter yang membuat tulisan dalam sebuah buku yang berjudul “L’homme-machine”. Dalam tulisannya, ia menolak pendangan Descartes tentang res extensial dan res cogitas. Res Extensial berarti memenuhi ruangan, sedangakan Res Cogitas adalah hal yang dipikirkan. Menurutnya, hanya ada materi yang bergerak dengan sendirinya sehingga tidak diperlukan Tuhan sebagai penggerak. Jiwa atau roh sebagai institusi berpikir ditolaknya. Berpikir merupakan fungsi wajar dari badan. Pada hakikatnya, manusia merupakan mesin, serupa dengan hewan ( Descartes ) tidak ada perbedaan hakiki antara hewan dan manusia.

Holbach ( 1715 – 1771 ), dalam tulisannya “ Systeme de la Nature” ( Susunan Alam ), menolak dualisme Descartes dan menuntut materimonisme. Kenyataan sejati adalah materi yang bergerak. Segenap gejala bergerak menurut keharusan mekanis. Manusia sebagai bagian dari alam merupakan bagian mekanisme.Dalam sistem ini, tidak ada bagi Tuhan, kehidupan kekal, kemauan bebas, serta kesusilaan.

Feuerbach ( 1804 – 1872 ) terkenal karena kecamannya terhadap agama dan ungkapannya “Der Mensch is war es isst” ( manusia adalah yang dimakannya ), yaitu materi. Jika yang dimakan adalah materi, manusia itu tidak lebih dari materi itu sendiri. Karya yang paling penting dari filosof ini, “ Das Wesen des Christentums” terbit lebih dulu daripada buku tersebut yaitu tahun 1841. Isi buku tersebut menyatakan tentang perbedaan esensial antara manusia dan makhluk binatang lainnya. Menurut Feuerbach, manusia dan binatang tidak berbeda atau satu jenis. Binatang yang terakhir hanya digerakkan naluri, sementara manusia juga memiliki kekuatan untuk berefleksi yang memungkinkan mereka menguasai alat kelengkapan dirinya yang esensial. Ia berpendapat, bahwa pikiran kita berasal dari semua perfeksi. Manusia berasal dari bukan makhluk manusia.

Vogt ( 1817 – 1895 ), seorang ahli ilmu hayat yang berpendapat, bahwa pikir sama dengan otak, empedu sama dengan hati, dan air seni sama dengan ginjal. Ia mengembalikan segala sesuatu menurut gerak alam.

Jacob Molleschott ( 1822 – 1893 ), seorang guru besar dalam ilmu faal berpendapat, bahwa pikiran itu suatu gerak perubahan zat otak. Ia mengajar di Heidelberg, Zurich, dan Roma. Ucapannya, “ Ohne Phospor keine Gedaken “ ( tanpa fosfor tidak ada pikiran ). Materi otak ini sangat penting sebab tanpa otak, kita tidak mungkin berpikir. Ia merupakan wakil utama materialisme ilmiah yang popular untuk abad ke -19.

Buechner ( 1824 – 1899 ), seorang dokter yang mengemukakan dalam bukunya “ Kraft und Stoft “ ( gaya dalam materi ), yaitu tidak ada gaya tanpa materi dan sebaliknya. Jiwa, kesadaran, dan pikiran merupakan suatu gaya, yaitu suatu curahan zat, terutama otak. Berpikir sama dengan gerak otak. Pemikiran manusia dipandangnya sebagai suatu hasil alamiah yang wajar. Alam pikiran ini sangat sesuai dengan teori evolusi Darwin ( 1804 – 1882 ). Dalam tulisanny, “ The origin of species on the desvent of man “, ia mengemukakan bahwa dunia organis menunjukkan suatu evolusi atau perkembangan dari jenis yang rendah ke jenis yang tinggi. Manusia merupakan hasil terakhir evolusi itu. Adapun evolusi itu berlangsung menurut hukum mekanis yang wajar. Dengan demikian, tidak terlihat adanya perbedaan hakiki antara manusia dan hewan. Artinya manusia pada hakekatnya sama dengan hewan. Dengan kata lain bahwa manusia dapat berevolusi pada taraf yang melampaui manusia dewasa ini. Perlu ditegaskan disini, bahwa Darwin hanya bermaksud mengemukakan hipotesa untuk menerangkan gejala alam. Buechner dikenal sebagai seorang penganjur etika utilitaranisme. Ia menolak relegius supernaturis dan doktrin – doktin moral yang ia sebut sesuatu yang salah dan berbahaya.

Herbert Spencer ( 1820 – 1903 ),  dalam tulisan utamanya “system of Synthetic Philosophy “, asas evolusi itu dimasukkan ke dalam jenis ilmu pengetahuan. “Darwinisme” dan “Evolusionisme” menjadai slogan terhadap suatu pandangan dunia yang melampaui maksud Darwin. Dengan menyakini kebenaran Darwin disertai keyakinan sendiri. Haeckel merupakan seorang yang sangat berhasil mengembangkan pikiran Darwin.

Spencer seorang ahli sosiologi dan psikologi yang terkenal pada akhir abad ke-19. Dalam “First Principles”, ia menyatakan bahwa yang dapat kita ketahui hanyalah fenomena luar, meskipun melalui argumentasi kita dapat menduga yang tidak dapat diamati. Melalui argumennya, ia menyakini bahwa di balik fenomena luar terdapat potensi yang menjadi sumber seluruh fenomena luar. Dan itu adalah evolusi, ialah hukum yang mengatur proses saling menyempurnakan antara materi dan gerakan. Masalah hubungan saling mempengaruhi antara potensi dan lingkungan, ia tulis sebagai prinsip biologi dan psikologi.
Haeckel ( 1834 – 1919 ), dalam tulisannya “Die Weltraetzel”( teka teki dunia ), Darwinisme menjadi popular. Haeckel menolak pandangan dunia Kristen yang menimbulkan dualisme antara materi dan roh. Tulisannya yang termashur merupakan ajaran materi monisme yang konsekuen serta sistematis.

Haeckel terkenal dengan hukum biologis yang disebut rekapitulasi. Hukum ini menyatakan, bahwa ontojenis – perkembangan individual – merekapitulasikan filojeni ( perkembangan jenis,spicies ). Ia adalah pendiri/penemu Monistenbud ( Liga Monist ) dengan tujuan mengembangkan etika dan metafisika baru.

Pada asasnya, pandangan materiaslisme ini memutlakkan hasil – hasil ilmu pengetahuan alam atau Naturwissenschaft sehingga muncullah pandangan dunia atas dasar ilmu – ilmu tersebut, yaitu naturalisme yang menolak segala jenis instansi supernatural.

Pandangan ini sangat menarik perhatian banyak orang, terutama karena sebagian dari mereka sudah jemu terhadap spekulasi yang metafisis, abstrak serta kabur. Sebaliknya orang ingin kembali pada yang kongkrit, real dan nyata.

Suatu aliran yang berorientasi pada ilmu pengetahuan alam, tetapi menolak metafisik, yaitu positivisme yang dikemukan Agust Comte ( 1798 – 1857 ) dalam tulisannya “Cours du philosophie Positivies”. Menurut Comte, hendaknya kita memandang phenomenon atau gejala itu sebagai sesuatu yang tunduk pada hukum alamiah yang menetap atau mutlak ( tidak bergantung pada apapun ). Saat ini aliaran ini dikembangkan oleh sekelompok sarjana yang tergabung dalam Werner Kriese ( 1929 – 1939 ). Tokoh tokohnya antara lain, Mauritsz Slick ( 1882 – 1936 ) dan Rudolf Carnap ( 1891 – 1970 ) membentuk Neo Positivisme yang menolak pandangan eksistensialisme yang anti scienticism.

Bapak dari aliran materialisme modern adalah Karl Max ( 1818 – 1883 ) yang sangat dipengaruhi oleh Hegel dan Feuerbach dan melahirkan paham Komunisme. Paham kominisme ini berkembang di Uni Soviet oleh Stalin dan di Cina oleh Mao Tse Tung. Marxisme itu sendiri sering disebut sebagai teori “social analysis” yang berdasarkan pada ekonomi.




3. Vitalisme

Vitalisme adalah suatu aliran yang menolak materialisme. Pada abad sekarang, aliaran yang berkembang adalaha neo positivisme dan eksistensialisme. Eksistensialisme tumbuh dan berkemabang di Perancis, sedangkan neo positivisme yang semula tumbuh dan berkembang di Eropa, kemudian menyebar ke Inggris dan Amerika Serikat.

Vitalisme secara umum diartikan sebagai pandangan bahwa pemahaman terhadap kehidupan menuntut keterangan dasar yang menyangkut perbedaan dari apa yang terjadi pada ilmu – ilmu alam. Sebagai tambahan terhadap substansi dan kekuatan – kekuatan yang dikenal dalam ilmu – ilmu fisik terhadap kekuatan hidup yang khusus. Pandangan ini dikemukakan Hans Driesch ( 1867 - 1941 ), seorang filsuf alam yang beraliran Romantik. Ia mengajukan istilah entelechy. Tokoh vitalisme yang lain adalah Henri Bergson, seorang filsuf Perancis ( 1859 – 1941 ) yang menyebut kekuatan itu dengan istilah elan vital, impuls hidup. Bergson menyatakan bahwa kehidupan itu tampil dalam dua ciri semangat atau moral. Ada yang didasari moral tertekan ( moral de la pression ) dan yang didasari moral bercita – cita ( moral de I’Aspiration ).

Vitalisme adalah aliran metafisika yang mengharuskan daerah ontis dunia organis ( alam hidup ) yang memandang kehidupan sebagai kenyataan sejati satu – satunya. Vitalisme dikenal juga dengan nama filsafat hidup ( vitalisme, philosophy of life ) suatu aliran yang lahir pada akhir abad IX.

Menurut vitalisme, materialisme tidak memperhatikan ciri – ciri totalitas, spontanitas, dan finalitas dunia organis. Vitalisme menolak pendirian idealisme yang memandang kenyataan sejati primer yang bersifat rohani. Bukan roh yang primer, melainkan kehidupan. Itu mendasari roh. Tanpa kehidupan tidak ada roh. Idealisme sering kali menimbulkan pemujaan terhadap akal budi dan rasio. Oleh karena itu, vitalisme anti intelektualitas, serta menekankan segi – segi irrasional pada manusia. Vitalisme dapat berorientasi pada biologi ( biologisme dari Driesch ), juga pada histori ( historisme dari Dilthey ). Sebagai reaksi atas materialisme dan idealisme yang bersifat monistis, vitalisme sering kali menunjukkan sifat pluralistis.

Schopenhauer ( 1788 – 1860 ) dalam karyanya “Die Welt als Will Und Verstellung” ( Dunia sebagai kemauan dan tanggapan ), pertama – tama membenarkan Kant yang membedakan neunon dan fenomenon. Dunia sebagai tanggapan menuju pengertian fenomenon, namun Schopenhauer menolak pendirian Kant bahwa neumenon tidak dapat dikenal. Menurut Schopenhauer, kita dapat mengenalnya melalui diri kita sendiri. Ia akan menemukan pada dirinya, kemauan yang berakar pada dorongan hidup yang buta. Dorongan ini adalah hal tidak sadar, sedangkan yang menjadi hal sadar adalah kemauan.  Sistem filsafat Artur Schopenhauer merupakan sinteis dari indegenus dari Paltonisme, Kantianisme, dan filasafat ketimuran terutama Budha. Jasa dari Schopenhauer adalah pemahaman terhadap  ketidaksadaran mendasari kesadaran.

Berdasarkan pendapata Schopenhauer, Edward Von Hartmann ( 1842 – 1906 ) menulis sebuah buku yang berjudul “Philosophie des Unbewusten” dan Sigmund Freud ( 1856 – 1939 ) mengembangkan psikologi yang menekankan pada kepentingan ketidaksadaran yang kemudian dikenal dengan psikoanalisis. Psikoanalisis dapat disebut  teori, teknik psikodiagnostik dan sekaligus teknik psikoterapi yang mendasari pandangan, bahwa perilaku manusia termasuk perilaku sakit, jauh lebih banyak ditentukan oleh kekuatan yang ada di bawah sadar, tidak disadari.

Nietzshe ( 1844 – 1900 ) pernah disebut bapak vitalisme. Menurutnya, kenyaan sejati adalah kehidupan. Adapun jika menurut Schopenhauer untuk mencapai kebahagiaan, orang harus meniadakan nafsunya. Ia berpendapat bahwa manusia hendaknya menerima kenyataan itu dan tidak melarikan diri dari kenyataan dengan cara meniadakan dorongan hidup. Hal ini disebut dengan amorfati, yaitu kerinduan terhadap hasil. Nietzshe menolak pesimisme Schopenhauer.

Sebagaimana dikembangkan Freud, Adler dan Jung, psikologi berdasarkan penelitian empiris sampai pada kesimpulan – kesimpulan yang lebih dahulu telah dikemukan Schopenhauer dan Nietzshe. Pada hakikatnya manusia merupakan suatu berkas dorongan – dorongan. Kebudayaan berpangkal pada dorongan – dorongan tersebut ( sublimasi ). Adler mempersoalkan tentang dorongan kekuasaan, Uebermensch yang dicita – citakan Nietzshe dilihatnya tercapai oleh Bangsa Arya. Namun Nietzshe tidak memandangnya tidak terbatas pada Bangsa Jerman, seperti dalam Naziisme dalam buku Alferd Rosemberg “Der Mythos des Zwanzigsten”. Rosenberg semacam author intelektualisme, menyatakan bahwa manusia dikembalikan pada faktor bangsa, yaitu biologis,
Seorang tokoh terkemuka di kalangan filsafat hidup adalah Hendri Bergon ( 1859 – 1941 ), berpendapat bahwa, baik materialisme dan idealisme gagal dalam menjangkau kenyataan hidup. Hal ini disebabkan terhadap kedua aliran ini, orang ingin menjangkaunya dengan akal, sedangkan menurut Bergson, hal itu harus dilakukan dengan intuisi.

Seorang filosof yang berorientasi pada biologi adalah Ludwig Klages ( 1872 – 1949 ). Ia seorang filosof Jerman penganjur dan representative vitalisme dan irrasionalisme yang sangat dipengaruhi oleh filsafat romantik dab Nietzshe. Dalam karyanya “Der Geist als wiederschaer der Seele”, ia mengemukan bahwa Geist ( roh ) yang bekerja secara rasional itu menjadi perintang bagi pertautan kehidupan naluriah, jiwa ( seele ) yang sewajarnya. Dalam hal ini, kita melihat sifat intelektualitas dari vitalisme serta penekannya pada segi irrasional. Klages dikenal sebagai seorang yang membuat dasar – dasar graphologie yang menjadi tulisan tangan sebagai alat untuk menentukan karakter seseorang.

Lain halnya dengan Wilhelm Dilthey ( 1833 – 1912 ), ia tidak lagi berorientasi pada biologi, tetapi pada sejarah. Serupa dengan Kant ia membedakan alam dan kebebasan ( fenomen dan neumenon ). Gejala – gejala alam dapat didekati secara rasional dengan metode ilmu pengetahuan alam, tetapi gejala kehidupan manusia yang menunjukkan kebebasan yang bersifat irrasional menuntut metode lain, yaitu verstehen ( pemahaman ).

Suatu aliran vitalisme yang sangat berpengaruh di AS dan Inggris ialah pragmatisme. Menurut aliran ini, sesuatu itu disebut benar jika berguna bagi kehidupan. Pelopornya Piere ( 1839 – 1914 ), sedangkan tokoh utamanya William James ( 1842 – 1910 ). James menolak idealism maupun materi monism. Ia juga anti intelektualisme. Menurut James, pragmatism tidak mempersoalkan asas – asas, kategori – kategori, pokok – pokok primer, dan keharusan, tetapi mempersoalkan hasil, akibat, fakta, hal – hal terakhir, kegunaan, nilai, dan kesuksesan merupakan criteria kebenaran. Menurutnya, sesuatu itu benar jika menunjukkan cash – value.

Seorang tokoh Inggris yang terkenal adalah FCS Schiller ( 1864 – 1952 ) menolak kebenaran mutlak. Sebaliknya, Ia berpendapat bahwa kebenaran itu dinamis, sesuatu yang menjadi. Tokoh AS yang tergolong eksponen aliran ini, John Dewey ( 1859 – 1952 ). Pandangannya merupakan paduan antara ajaran James dan Naruralisme. Ia berpendapat bahwa pengetahuan yang benar hanya mungkin dicapai melalui metode ilmu pengetuan alam. Ia mendukung “behaviorism” ala Watson yang berpendirian bahwa obyek psikologi bukan kesadaran, melainkan perilaku. Jiwa dan roh tidak lain berasal dari gerakan badan yang diteliti secara obyektif. Menurut Dewey, pikiran merupakan alat bagi perbuatan. Dalam ilmu pengetahuan alam, hipotesis kerja merupakan alat membimbing penelitian, maka ajaran Dewey disebut Instrumentalisme.

 Kesimpulan

Berdasarkan pola pikir dan obyek pikir aliran – aliran filsafat dari Yunai Kuno sampai dengan kontemporer semuanya bertumpu pada salah satu dari ketiga isme ( Idealisme, Materialisme dan Vitalisme ) atau mensintesis dua diantaranya atau ketiga – tiganya. Berikut isme – isme dan tokoh – tokoh dari ketiga isme tersebut :

1. Idealisme

a. Aliran yang tergabung : Spritualisme, Humanisme, Personalisme, Panpsikisme, Monadisme, Idealisme Rasional. Idealisme Estetis, Idealisme Relegius, Reduksionisme, Neo Kantianisme, Neo Hegelianisme.
b. Tokoh – tokoh yang tergabung : Plato, Hegel, Leibnitz, Aristoteles, Descartes, Kant, Goethe, Agustinus.

2. Materalisme

a. Aliran yang tergabung : Materimonisme, Mekanisme, Positivisme, Biologisme, Determinisme, Evolusionisme, Utilitaranisme, Dualisme, Rekapitulasi, Monistenbud, Naturalisme, Neo Positivisme, Komunisme.
b. Tokoh – tokoh yang tergabung : Demokritos, Aristoteles, Permenides, Comte, De La Mattrie, Holbach, Feuerbach, Vogt, Jacob Mollschott, Buechner, Darwin, Helbert Spencer, Haeckel, Mauritsz Slick, Rudolf Carnap, Karl Marx, Stalin, Mao Tse Tung.

3. Vitalisme

a. Aliran yang tergabung : Romantik, Biologisme, Historisme, Psikoanalisme, Pesimisme ( sintesis Indegenus, Kantianisme, Budha ), Intuisisme, Irrasionalisme, Verstehen, Pragmatisme, Instrumentalisme.
b. Tokoh – tokoh yang tergabung : Hans Driesh, Henri Bergson, Dilthey, Schopenhauer, Edward Von Hartmann, Sigmund Freud,  Nietzshe, Adler, Alfred Rosemberg, Ludwig Klages, Piere, William James, FCS Schiller, Dewey.


Pertanyaan :
1. Apakah Pancasila merupakan aliran dalam filsafat ?
2. Apakah penamaan isme merupakan deklarasi dari tokoh – tokoh filsuf itu sendiri?


Daftar Pustaka

Bertens, K.Dr. 1976. Ringkasan Sejarah Filsafat. Yogyakarta : Yayasan Kanisius.
Bertens,K.2005. Panorama Filsafat Modern. Jakarta Selatan : Penerbit Teraju ( PT Mizan Publika ).
Bakry, Hasbullah, Prof.Drs.SH. 1981. Sistematika Filsafat. Jakarta : Fa.Widjaya.
Ferm,Vergilius (ed.)1961.History Of Philosopical Systems. New Student Outline Series.Littlefield.
Langveld,M.J,Dr.1995. Op Weg naar Wijsgering Denken. Cetakan ketiga. Diterjemahkan oleh G.J. Claessen, diselidiki oleh Drs. Hazil Tanzil. Cetakan ketiga .PT. Pembangunan Djakarta.      

Minggu, 23 September 2012

FILSAFAT MATEMATIKA


FILSAFAT MATEMATIKA
Oleh : MUHAMMAD SUHADAK,S.Pd

Karakteristik filsafat adalah berfikir kritis dan berfikir sampai keakar – akarnya ( radiks ). Karakteristik ini menyebabkan ilmu pengetahuan pada umumnya dan matematika pada khususnya berkembang dengan pesat. Teori yang baru dan pengembangan teori yang sudah ada adalah salah satu bentuk hasil dari berfilsafat. Berfilsafat tidak akan percaya dengan begitu saja dengan pendapat atau teori yang berkembang karena itu identik dengan percaya pada mitos. Ketidakpercayaan pada mitos mengakibatkan muncul rasa ingin tahu ( curiosity ) melalui penyelidikan dan penelaaan secara ilmiah. Hasilnya timbul teori ( pendapat ) yang membantah teori ( pendapat ) sebelumnya. Bantahan ini tidak hanya berarti meniadakan teori ( pendapat ) sebelumnya tetapi bisa mengembangkan bahkan membangun paradigma yang baru.
Paradigma seperti di atas juga berkorelasi dengan perkembangan matematika, Ketika Euclid melakukan suatu revolusi dalam bidang geometri dengan bukunya 13 jilid Elemen, maka matematika akan mandeg sampai disini jika karakteristik berfilsafat (sifat kritis dan rasa curiosity ) tidak menjadi pola pikir ahli matematika. Berabad – abad buku elemen ini menjadi rujukan ( pedoman ) dalam matematika, hingga pada tahun 1950 timbul pemikiran yang menyangkal atau membantah salah satu postulatnya. Postulat tersebut adalah dua garis lurus dipotong garis lurus lainnya sehingga sudut sepihak 1800 maka garis tersebut sejajar. Postulat ini bertentang dengan kenyataan pada garis bujur dan garis lintang di katulistiwa. Meskipun disangkal atau dibantah bukan berarti geometri Euclid tidak benar, karena Euclid ini tetap benar jika semestanya bidang tidak ruang. Hasil dari bantahan tersebut muncullah geomatri modern ( non Euclid ) diantaranya : hiperbola, ellips dst . Geomteri Euclid juga kontradiksi dengan toeri kenal dari Gestald yang merupakan konsep dari matematika. Geomatri Euclid memulai dengan aksioma dan definsi unsur ( khusus ) lalu dari yang unsur tersebut digunakan untuk mempelajari yang lebih umum ( induksi ). Ini berbeda dengan konsep matematika ( teori Gestald ) yang mempelajari dari yang umum ke hal yang khusus ( deduksi )
Persoalan besar dalam berfilsafat matematika hingga kini adalah pertentangan tentang letak obyek matematika apakah di dalam atau diluar pikiran. Aliran yang beranggapan bahwa matematika berada di dalam pikiran terinsipirasi pendapat Plato sedang yang berada diluar pikiran terinspirasi pendapat Aristoteles. Matematika Plato adalah Pure Mathematic membentuk aliran rasionalisme. Aliran ini menjadi trade mark dari pendidikan matematika di Indonesia dewasa ini. Aliran ini yang menyatakan tiada pengetahuan tanpa rasio, semua obyek matematika tetap, absolut dan ideal. Penganut aliran ini diantaranya Rene Descartes ( Skeptisme ) yang meragukan segala hal.Antitesis dari rasionalisme adalah empirisme yang merujuk pada pendapat Aristoteles yang beranggapan obyek matematika berada di luar pikiran. Ini berdasar pada kenyataan bahwa ada matematika yang diperoleh di pengalaman, seperti matemtika di era Babylonia, Mesopotamia dan Mesir. Eempirisme ini berdasar pada pendapat Heraklitos. Penganut empirisme diantaranya : Diphontium dan Barkeley dengan empirisme ekstrimnya. Kedua aliran tersebut disintesa oleh Imanuel Kant menjadi suatu ilmu yaitu Sintesis Apriori. Menurut Kant Ilmu itu adalah sintesa rasio ( apriori ) yang bersifat analitik dan empiris ( aposteriori ) yang bersifat sintetik.
Pertanyaan :
1. Apakah para filsuf yang berpedoman pada matematika atau matematikawan yang berfilsafat ?
2. Apa kelemahan dari teori himpunan dari Cantor dan teori tipe dari Russel sehingga tidak dapat dijadikan pondasi yang kokoh dalam matematika.